Pasukan 19, Sang Pewaris Mojang Sunda

Dan inilah masa depan kami yang lainnya, semua berharap agar mereka mampu mengikuti jejak kakak-kakaknya yang selalu gigih untuk mengharumkan rumah mereka, PASKIBRA Satuan SMPN 1 Cileunyi Kab. Bandung

Pasukan yang selalu tampil baru.

Mojang Sunda dan Satria Pegasus adalah sebuah karya yang nyata

Pasukan 17

Mereka adalah yang disebut sebagai pelaku sejarah, mereka lahir dengan nampak sempurna dan sampai pada penampilan terakhir mereka, mereka begitu menyita banyak pandangan mata.

Pasukan 18, Sang pewaris Satria Pegasus

Pasukan ini terlahir pada saat semuanya menjadi yang terbaik dan mulai pulih, adalah tantangan yang selalu mereka hadapi di arena perlombaan.

Saat Upacara Penaikan Bendera

Bagian terbesar dalam kiprah kami adalah selalu membuat Sang Merah Putih tetap melambai dengan eloknya di atas tiang tertinggi.

Rabu, 31 Juli 2013

Apakah Masih Ada Seorang Prajurit Yang Murni atas kePASKIBRAannya ?

Ironi, sepertinya itu adalah kata yang tepat untuk disampaikan pada kondisi sekarang, ketika semua berlomba untuk mencari kejayaan, kekayaan dan ketenaran serta berlomba untuk menjadi manusia angkuh yang dengan ke angkuhannya menginginkan kedudukan tertinggi “didunia” yang penuh dengan perang dingin dan hangat ini. Adalah kerinduan tentang anak negeri yang tetap memegang teguh persatuan antar satuan yang ada dan antar manusia-manusia pertiwi, sepertinya itu adalah kerinduan yang teramat sulit untuk bisa memandangnya kembali. Banyak diantara mereka yang memandang hal ini sebagai hal yang wajar dan mengatasnamakan gejala semacam ini sebagai “Berbedaan adalah sesuatu yang indah atau dalam bahasa agama disebutkan, perbedaan adalah rahmat”, indah apanya ? indah karena permusuhan yang tak kunjung usai ?!, perlu diingat juga, permusuhan dan persaingan adalah hal yang tidak harus kita samakan. Memag, permusuhan dan persaingan memiliki pekerjaan yang sama, hanya saja ini adalah dua hal yang sangat bersebrangan, persaingan memang sangat dianjurkan, tapi permusuhan ? capek deh, hari gini nyari musuh ?. Ini bukan hanya sekedar omong kosong yang sulit untuk dibuktikan, beberapa waktu yang lalu dan sampai dengan saat ini kondisinya tidak lebih baik daripada masa lalu yang pelaksanaan event perlombaan tidak sebanyak saat ini, kalo urang sunda bilang, perlombaan jaman sekarang “Enggeus balatak”. Saya sendiri tidak munafik, sayapun sama dengan yang lainnya, saya adalah bagian dari manusia pelaku dan penikmat perlombaan yang ada. Hanya saja, saya sangat menghindari perang dingin atau panas yang kemungkinan terjadi, pikiran saya sederhana, saya hanya ingin ikut serta dan larut pada jargon “Dengan diadakannya bla bla bla, mari kita jalin bla bla bla”* ( pikirannya terlalu keren ya ? biarin :p ) yang selalu terpampang ditempat tertinggi dan mudah untuk dilihat banyak orang. Ya, jargon hanyalah sebatas jargon yang hanya menjadi penghias dan pemanis dalam setiap event yang dilaksanakan, tapi aplikasinya ? oke, ada juga sih yang benar-benar menghayati dan mengaplikasikan jargon yang terpampang itu, tapi nampaknya mereka adalah kamu minoritas, miris.

Ketika ditanya ,”Di PASKIBRA, hal apa yang menyebabkan kalian merasa gagah dan bangga ? A). Pakian lomba B). Pakaian upacara”. Kira-kira jawaban mana yang akan dipilih ? jika diantara anda ada dan banyak memilih poin B, maka anda harus berbangga atas pilihan yang anda pilih karena anda adalah bagian dari pewaris jiwa nasionalisme yang isme itu tetap tejaga dan menancap dengan kokohnya ditempat yang sangat terlindungi, di jiwa. Namun, jika yang dipilih adalah poin A, maka sebaiknya anda mempertanyakan kembali tentang tujuan anda hidup didunia PASKIBRA. Ya, ini memang terlalu sederhana jika harus dijadikan sebagai tolak ukur kemurnian seseorang atas KePASKIBRAannya, tapi setidaknya ini bisa memberikan gambaran kepada kita semua atas fenoma yang terjadi saat ini, sekalipun gambaran itu sekalipun sedikit. Tepat hari ini, hari ini adalah hari dimana  kita telah memasuki bulan yang dinamakan bulannya PASKIBRA, kenapa ? karena dibulan inilah identitas kita sebagai Anak PASKIBRA dipertaruhkan dimuka ibu pertiwi, dan karena dibulan inilah kita melaksanakan hajat yang besar-besar yang dirayakan oleh para manusia pertiwi. Buktikan, jika anda adalah seorang yang memilihi poin B diatas, jika ketika akan mengikuti perlombaan anda selalu memberikan kekuatan yang full, maka ketika saat ini berikan kekuatan itu melebihi kekuatan full untuk mengawal berkibarnya Sang Merah Putih di tiang tertinggi.

Pada dasarnya, antra upacara dan perlombaan adalah dua sisi yang tidak mungkin kita pisahkan, dan itu adalah bukan pilihan untuk kita. Bukan tidak boleh mengikuti perlombaan, yang tidak boleh dan perlu kita hindari adalah efek setelah mengikuti perlombaan yang terkadang menjadi hal yang mengertikan, deep thinking please.

Maka, apakah masih ada seorang prajurit yang murni atas kePASKIBRAannya ? saya pikir ada, dan itu banyak, semoga.


Ini hanya opini saja, semua bebas untuk mengecam dan menyetujui. Keep calm and positive thinking :D

Selasa, 28 Mei 2013

Angka 17

Perlahan kabut tipis putih berbaur dengan alam . Kulihat, telah menyinsing sinar mentari dipelupuk wilayah tertimur negeriku, aku merasakan bagaimana nikmat dan indahnya rasa hangat ditubuhku, yang membuatnya nyaman dan enggan untuk mengangkat telapak kaki di tempat yang saat ini aku sedang berdiri, di rumahku. Mentari, membuat pagiku terasa lebih hangat yang dibumbui oleh gelora untuk menjajaki alur takdir telah yang telah Dia lukis yang harus aku lalui sebagai insan pengharap dan pembaris. Mentari membuat emosi jiwaku enggan untuk hidup tenang ketika rasa panas yang menyengat tepat berada diatas tempat  yang penuh dengan pemikiran karya, yang ku pikirkan ketika itu adalah hasyrat segera bertepi ke tempat rindang dedaunan yang menyejukkan dan saat itu aku berontak menahan segala apapun yang membuatku merasakan sengatan hari, dan aku benar-benar ingin beranjak. Tetapi petang, ketika aku diberikan sentuhan lembut oleh mentari yang mulai mengerti atas apa yang aku pikirkan ketika dia memancarkan tingkat kehebatannya, aku dibelai mesra oleh mentari senja, disana aku temui aku yang nampak lebih tenang dengan raga yang terlihat payah  nan lunglai, dengan sisa kekuatan yang ada menghabiskan terang bersama mentari yang perlahan redup ditelah pekat. Aku sangat menanti masa ini disetiap harinya, aku menyukai malam, aku menyukai malam dengan keheningannya dan disanalah aku bercerita. Begitulah seterusnya cerita hari yang aku lalui bersama mentari, aku tahu ada masanya ketika dia datang dengan membawa kenyamanan, dia datang dengan kebengisannya, dan dia datang kelembutannya. Tapi satu hal, mentari tidaklah akan pernah pergi untuk selamanya, dia hanya sedang berada dibelahan bumi yang lain, dan ada masanya dia akan kembali kepada pangkuan dimana meraka ada dan terbit.
Begitulah aku memaknai apapun yang kita rajut dan jalin selama ini di rumah yang telah membesarkan kita, kalian adalah mentari yang bisa saja membuat orang-orang bahagia dan bisa saja membuat orang-orang menderita karena kedatangannya, namun pada hakikatnya, mentari memiliki guna yang guna tersebut tidak harus dibandingkan dengan guna benda lain. Betul jika ada beberapa orang yang berang karena kedatangnya, namun lihat, ada lebih banyak orang yang sangat menantikan kehadirannya, mentari.

Aku menyimpan mentari.
Jika bukan karena ada manusia yang berbaris itu, mungkin sekarang aku telah menjadi “gelandangan pembaris” yang mengemis kepada para manusia angkuh. Pernah aku temui masa ketika aku benar-benar berada pada posisi terburuk selama berkarir di dunia yang penuh dengan onak berduri ini, ah.. mungkin ini tidak sebarapa, ketika aku tidak bisa lagi merasakan indahnya memandang pelangi, ketika aku tidak lagi bisa merasakan manisnya madu, ketika aku tidak lagi bisa merasakan nikmatnya kebahagiaan, aku tertipu dengan keindahan pelangi, ternyata indahnya pelangi membuat pandanganku menjadi buta, ternyata manisnya madu  membuat lidahku terasa sangat pahit, dan ternyata nikmatnya kebahagiaan membuat batinku merintih, aku tertipu dengan segala yang nampak pada pandangan mata. Pengadu, aku menyebut diriku sebagai manusia pengadu kepada para bocah, ketika aku mengadu atas apapun yang menipu pada kehidupanku. Aku melihat dengan kesadaranku, mereka benar-benar mengulurkan jari-jemari mereka, merangkulku ? itu yang sangat aku harapkan. Rasanya tidak percaya ketika jemari mereka adalah untuk aku sentuh dan untuk ku genggam, ini seperti asing dalam kehidupanku, tercengang atau tidak, percaya atau tidak, ini benar-benar terjadi. Seketika itu aku mendapati diri yang lebih baik dan aku mendapati diri yang kembali bisa mendang indahnya pelangi yang nampak diwaktu petang, aku bisa merasakan manisnya madu yang menyehatkan dan aku bisa lagi merasakan nikmatnya kebahagiaan yang selama ini tertimbum dengan baik. Aku dengan diriku larut pada kebahagiaan yang berkepanjangan, ketika aku merasakan yang rasa itu membuat aku kembali hidup, kembali hidup bersama asa yang enggan pergi (lagi) pada kehidupanku. Aku dengan asaku adalah hal yang akan membuat rumah yang membesarkan aku kan dipandang dengan mata yang terbuka, akan didengar dengan telinga yang menganga, dan akan dirasa dengan perasaan yang peka, akan ada masa ketika aku dan asaku melebur dengan mereka dan asa mereka, sehingga, yang akan membuat besar dan harum rumah adalah kita,  bukan aku, bukan juga dia, tetapi kita. Mereka terlalu istimewa ketika mereka hadir dan mampu ku sentuh di kehidupanku. Mereka mampu membuat pikirku sesak oleh kebencian, namun, mereka sangat mampu mengembalikan dan mengisi hariku dengan helaan nafas opmitis akan asa dan mengisi hariku didampingi oleh kebahagiaan yang mereka berikan. Aku menyebut mereka dengan “Sahabat terbaikku”, tapi aku tak tahu, apa sebutan untukku. Sahabat, semoga ini tidak cepat berakhir.

Aku sangat benci menulis bagian ini, tentang perpisahan.
Aku enggan menerima kenyataan yang sudah menjadi alur kehidupan ini. Mereka benar-benar harus beranjak pergi, merangkai kembali asa bersama dunia baru mereka, dan menata kembali sikap serta pikir dengan manusia asing. Kenangan memang untuk dikenang, dan pertemuan memang untuk perpisahan. Akan ku kenang atas setiap detik yang pernah kita lalui bersama, kita pernah lalui masa sulit dengan mata sayu dan tertunduk lesu, kita pernah lalui masa lelah dengan kaki yang tak mampu lagi menopang tubuh, dan kita pernah lalui masa sakit dengan hati yang teriak merintih namun tak ada siapapun yang mendengar. Namun ketahuilah, Tuhan memang sangat Adil. Hal yang membuat kita sayu dan lesu, yang membuat kita lela dan sakit, kini telah menjelma menjadi sesuatu yang sangat indah, indah dan terlalu indah untuk kita kenang, ketika ruang tempat kita berdiri dihiasi oleh siratan manisnya senyum, dibingkai oleh syahdunya tangis haru dan kita saling pandang dengan pandngan yang tajam yang larut dengan kebahagiaan.

Pertemuan

"Setiap pertemuan sudah barang tentu akan diakhiri dengan perpisahan". Tapi aku berontak pada malam, "Setiap pertemuan sudah barang tentu akan diakhiri dengan pertemuan kembali" . Itulah baris kata yang sengaja aku buat untuk menghibur diri tentang kepastian akan perpisahan. Bodohnya aku, aku melanggar hukum alam tentang perpisahan. Aku hanya ingin selalu mengikat dengan erat atas apapun jalinan yang sempat dan telah kita jalin ini, aku sama sekali tidak menginginkan sebuah akhir, itu terlalu menyakitkan jika harus benar-benar terjadi. Ya, pada akhirnya pertemuan memang untuk perpisahan. Maka siapapun, ajari aku agar aku bisa rela melepasnya dengan mudah. Semoga tidak ada yang mampu untuk mengajari itu.

Minggu, 03 Maret 2013

Program Kerja


Dalam rangka tercapainya suatu Organisasi yang ideal dan dalam rangka pencapaian Visi dan Misi yang telah dicanangkan oleh organisasi, maka perlu kiranya bagi kami untuk membentuk / membuat program kerja sebagai acuan kerja suatu organisasi dalam satu tahun periode. Selain sebagai acuan kerja suatu organisasi, program kerja juga adalah bentuk ungkapan bahwa PASKIBRA bukanlah suatu ektrakulikuler atau organisasi yang kaku karena selalu melakukan kegiatan baris berbaris, melainkan sebuah ekstrakulikuler atau organisasi yang kaya akan kreasi dan tentunya kerja nyata untuk "membangun sebuah rumah yang indah". Berikut adalah program kerja yang telah kami buat :


1. Latihan  rutin
2. Penambahan materi
3. Upacara rutin hari senin
4. Rapat kerja mingguan
5. Lomba ketangkasan baris-berbaris
6. Latihan Tambahan
7. Rapat kerja bulanan
8. Laporan Pertanggungjawaban
9. Serah terima jabatan
10. Ruangan indah
11. Peringatan hari besar
12. Pelantikan anggota
13. Buka bersama
14. Rapat pemilihan calon komandan
15. Praktik PBB gerakan berpindah tempat
16. Praktik PBB gerakan berhenti ke berjalan
17. Praktik PBB gerakan berjalan ke berjalan
18. Latihan plus
19. PASKIBRA ceria
20. PASKIBRA bersih-bersih
21. Praktik PBB gerakan ditempat
22. Latihan gabungan
23. Refresing
24. Pendidikan dan latihan (DIKLAT)
25. Demonstrasi
26. Rapat penerimaan anggota baru
27. Penerimaan calon anggota baru
28. Pengesahaan AD/ART
29. Pemilihan calon komandan
30. Materi teori dan aplikasi PASKIBRA
31. Materi tata upacara bendera
32. Materi disiplin
33. Materi teori kepemimpinan
34. Materi Sejarah Bendera Merah Putih
35. Materi PBB
36. Materi diluar (Out door)
37. Pembelian Box atribut
38. Materi PBB
39. Bakti sosial+Hiking
40. Perpisahan angkatan Senior
41. Materi pengenalan PASKIBRA
42. Rapat kerja tahunan

Sabtu, 02 Maret 2013

Visi dan Misi PASSACIL


Visi dari Organisasi ini adalah Menjadikan PASKIBRA sebagai Ekstrakulikuler yang akademis, mandiri, kreatif, dan prestatif di dalam maupun di luar sekolah.

Misi dari organisasi ini adalah :
  1. Mengontrol pembelajaran anggota.
  2.  Mewajibkan anggota untuk bisa masuk minimal 10 besar setiap pembagian laporan diakhir semester.
  3.  Ikut serta dan aktif dalam kegiatan OSIS di sekolah maupun di luar sekolah.
  4. Ikut serta dalam kegiatan luar yang bersifat ke-PASKIBRA-an seperti latihan gabungan dengan satuan lain dan mengikuti berbagai perlombaan.
  5. Menghimpun dan menyalurkan aspirasi anggota.
  6. Meningkatkan kualitas anggota melalui kegiatan latihan pemberian materi, praktik dan lainnya yang bersifat menunjang.
  7.  Memberikan pendidikan dan pelatihan berorganisasi.
  8. Melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi diri anggota.

Kamis, 29 November 2012

Tentang LARAS (Laskar Prajurit Sunda)


Sejatinya kami adalah PASKIBRA satuan SMPN 1 Cileunyi Kab. Bandung, biasanya orang-orang menyebut kami dengan sebutan PASSACIL, namun rasanya tidak ada yang salah jika kami membuat sebuah nama panggilan untuk kami, dan ini berbicara tentang LARAS. Bagi kami LARAS bukan hanya sebuah nama dan tapi dia sebuah doa. LARAS mempunyai makna yang ganda. Pertama, LARAS adalah kependekan dari kalimat Laskar Prajurit Sunda. Laskar adalah kelompok/pasukan yang sejatinya mempunyai cara pandang dan cita-cita yang sama dalam melakukan setiap cara fikir dan gerak langkah. Prajurit, secara pengertian nyaris tidak ada yang berbeda dengan Laskar, namun secara makna kami memandangnya dengan berbeda. Jika Laskar lebih mengedepankan tentang suatu hal yang sifatnya tentang kesamaan cara pandang, bercita-cita dan pola langkah. Lain halnya dengan Prajurit yang lebih mengedepankan tentang jiwa atau mental yang ada atau sifat dari Prajurit itu sendiri, seperti sifat disiplin, tanggung jawab, setia, jujur dll yang berkaitan dengan  jiwa yang dimiliki oleh para Prajurit dalam hal ini adalah Prajurit Militer dan sejenisnya. Dan Sunda, Sunda sendiri mempunyai banyak makna, bahasa sangsekerta menyebutnya dengan kata Sund yang artinya bercahaya dan terang benderang, Bahasa Kawi menyebut sunda dengan makna subur dan berkualitas, dan orang sunda sendiri mempunyai pendangan tersendiri, Sunda berasalah dari kata Sonda yang artinya unggul, senang, bahagia, lelaki yang tampan dan perempuan yang cantik, serta pengertian lainnya yang masing-masing mempunyai makna tersendiri yang bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya. Kami pun mempunyai cara pandang tersendiri tentang kata Sunda, jika pemaparan diatas lebih membahas secara pengertian, maka kami memandangnya dengan sebuah makna, bahwa Sunda disini lebih kepada komunitas/suku yang ada di Indonesia yang sebagian besar berdomilisi di daerah Banten dan Jawa Barat dengan berbagai keanekaragaman budaya dan perbedaan dengan suku lainyya yang ada di Indonesia, namun tetap memegang teguh Bhineka Tunggal Ika.  Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya. Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang. Maka diharapkan dengan mengambil kata Sunda, kami mampu membawa budaya dan merealisasikan ciri khas sifat orang sunda digaris kehidupan.

Jika dijadikan sebagai pengertian yang tunggal, Laskar Prajurit Sunda adalah sekelompok orang yang berada di wilayah Tatar Sunda yang mempunyai cara pandang, cita-cita dan pola gerak yang sama dengan bermodalkan sifat disiplin, tanggung jawab, setia dan jujur yang dengannya membawa segala hal yang menjadi istimewa di wilayah Tatar Sunda (termasuk didalamnya adalah budaya) kepada pergaulan luas.

Dimuka kita berbicara tentang makna kata dari Laskar, Prajurit dan kata Sunda sampai kepada menemukan pengertian yang tunggal dari Laskar Prajurit Sunda. Selanjutnya dari kalimat Laskar Prajurit Sunda munculah sebuah kependekan atau nama baru dari kalimat itu, LARAS adalah kata yang mewakili tiga kata diatas. Secara pengertian, Laras pun mempunyai arti, yang artinya adalah setala, serasi, sesuai dan sepadan yang dalam hal ini setala, serasi, sesuai dan sepadan dalam segalanya yang direalisasikan dengan  gerakan tubuh (PBB). So, ternyata Laskar Prajurit Sunda mempunyai makna ganda. Lalu, nama mana yang dipakai ? LARAS adalah nama yang mewakili kami.

Namun seiring dengan pekembangan, ada juga yang menyebut LARAS adalah sebuah Managemen dalam pengelolaan kepelatihan dalam dunia Perlombaan Baris atau sejenisnya, ini terlihat dengan adanya bentuk latihan bersama dan penggunaan kata LARAS disetiap penampilan dalam dunia perlombaan oleh kami yang mempunyai keselarasan. Hemm.. untuk hal ini, syah-syah saja orang berpandangan demikian.
                 

Minggu, 18 November 2012

Fenomena Lomba Baris Berbaris Part II


Tulisan ini adalah sambungan dari tulisan sebelumnya yang berjudul Fenomena Lomba Baris Berbaris sebuah tulisan yang mengedepankan tentang sebuah esensi dari perlombaan baris (apapun itu namanya) yang berorientasi sebuah kemenangan atau kejayaan yang diraih. Lalu, apakan hanya kejayaan yang diraih ? bagaimana dengan kehidupan yang lainnya ? mereka yang berbahagia karena kemenangan memang banyak, tapi bagaimana dengan kondisi mereka yang “lainnya” ? apakah  hanya sebuah resiko yang didapat ? dan bagaimana dengan kehidupan adik-adik kita yang berbaris diluar sana ? sudahkah kita perhatikan ?. Kenapa kami menulis lagi tentang judul atau masalah yang sama, karena dilapangan banyak sekali terjadi sebuah keunikan dari para pelaku lomba, mulai dari kemasalahatan sampai pada kemadhorotan yang didapatkan. Segala hal yang ditulis disini adalah sesuatu yang ditulis dengan penelitian kasar, jadi setiap kejadian yang ditulis disini tidak sama dengan kejadian yang dialami diluar sana/di satuan yang lain, dan kalaupun sama berarti memang begitu adanya. Hehe :D
Tulisan ini lahir kembali ketika kami menulis status di Facebook Paskibra smpn satu cileunyi, status itu adalah “Bagiku PASKIBRA adalah... dan Lalu, Bagiku, Lomba adalah” dari upadetan statu itu ternyata respon atau komentar yang disampaikan sangatlah beragam, walaupun yang berkomentar tidak sampai ratusan bahkan ribuan tapi setidaknya komentar yang disampaikan cukup mewakili komentar yang ingin disampaikan oleh para penghuni beranda lainnya. Berikut akan kami ulas beberapa dari banyak komentar yang disampaikan pada status diatas :
Bagiku, PASKIBRA adalah... : Anugerah, penyemangat, keluarga besar ku, tempat ku menemukan jati diri, segalanya dihari-hari ku, kebanggaan ku, miniatur masa depan ku, langkah awal bagiku menuju kesuksesan, jiwa ragaku dan masih banyak lagi.
Lalu, bagi ku lomba adalah...Top of Form
 : Pengalaman, candu, sebuah usaha yang berujung bahagia, akar dari prestasi, sebuah impian untuk meraih mimpi, dan menggapai kesuksesan, ajang pembuktian, saat dimana peredaran darah menjadi lancar karena detak jantung semakin cepat, saat menikmati adrenaline (ga perlu naik roller coaster dulu), ajang mencari bakat dan tentunya komentar lainnya yang disampaikan oleh rekan kami di dunia maya.
Dari komentar atau pernyataan atas status yang dibuat dapat kiranya kita memandang bahwa antara PASKIBRA dengan perlombaan adalah sebuah hal yang sulit dan bahkan tidak bisa dipisahkan, seperti halnya kepingan uang logam yang tidak bisa dipisahkan antara satu sisi dengan sisi yang lainnya. Faktanya memang telah banyak sekali manfaat yang didapat selama mengikuti pendidikan di PASKIBRA dan selama mengikuti sebuah hajatan perlombaan, adalah kebersamaan, hal yang sangat kita rasakan. Dia (kebersamaan) muncul ketika senyuman menghiasi suasana saat itu, dia juga muncul ketika air mata ini tak lagi terbendung saat mendapati sebuah ujian hidup. Selain kebersamaan, masih banyak hal yang didapat selama mengikuti kedua aktivitas itu.
Baiklah, mari kita sejenak menarik helaan nafas panjang untuk menyiapkan diri kita menyimak beberapa Fenomena yang terjadi saat ini, khusunya tentang perlombaan. Memang benar, senyum, kebahagiaan, tangis dan rasa sakit itu muncul ketika proses latihan dan atau hasil dari proses yang dilakukan. Semua akan tersenyum karena rasa yang bahagia dan semua akan merintih menahan rasa sakit ketika apapun yang diharapkan tidak mampu diraih dan tangispun menjadi pemandangan yang tidak seharusnya terlihat. Kejayaan dan harumnya nama almamater dan atau media yang dihuni adalah menjadi sebuah tujuan dari keikutsertaan berlomba. Tapi, adakah yang melirik dengan tajam dan berfikir lebih dalam atas fenomena yang terjadi saat ini ? disamping kejayaan dan pengalaman terbaik lainnya, ada hal yang sangat miris jika itu benar-benar terjadi, hal itu adalah hilangnya jiwa ke-PASKIBRAAN yang secara hakikat keberadaannya adalah bertugas untuk menaik dan menurunkan dia yang bernama Sang Merah Putih. Memang ini hanyalah kekhawatiran, namun nampaknya kekhawatiran itu sudah mulai muncul. Coba lihat, mereka lebih bersemangat ketika latihan untuk lomba dan mereka lebih terlihat payah ketika harus berlatih dalam rangka menaik dan menurunkan Sang Merah Putih, selain itu, coba lirik kembali beberapa persoalan yang terjadi antar satuan yang sejatinya mereka adalah rekan satu peserta dalam event perlombaan, terkadang mereka tidak mengindahkan tatakrama dalam pergaulan. Dan, lirik juga pada beberapa kasus yang terjadi di ajang perlombaan yang katanya tidak mengindahkan dan menjunjung tinggi “Kebenaran dan Sportifitas” yang dengannya melahirkan perang dingin antar satuan, yang dengannya lahir sebuah fitnah yang belum tentu tentang kebenarannya serta beberapa efek yang dirasa negarif lainnya, bukan kah hal itu adalah sebuah pemandangan yang sama sekali tidak mencerminkan bangsa kita yang sebenarnya ? dan dimanakah jiwa seorang PASKIBRA/KA yang sesungguhnya ? masih kah ada dihati para generasi terbaik bangsa ini ? sekarang juga HENTIKAN PERLOMBAAN yang ada jika kehadirannya hanya sebagai media penghancur generasi terbaik bangsa ini !!, mungkin itulah kalimat yang ingin disampaikan oleh mereka yang dihatinya terdapat bibit kepedulian terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa ini.
Semuanya adalah sebuah kekhawatiran saja, sangat sulit dibayangkan jika semua yang dikhawatirkan benar-benar terjadi. Ayolah, bangun bangsa ini dengan sebenar-benarnya niat dan usaha, dan didik adik kita dengan sebuah ketulusan yang murni. Tidak salah jika perlombaan tetap dilaksanakan dan diikuti, karena didalamnya terdapat juga sebuah hal yang posotif didapat. Namun, keikutsertaan itu akan menjadi hal yang salah ketika tidak melakukan aktifitas sebagai anggota PASKIBRA yang sebenarnya.
Terakhir, apakah akan ada kebersamaan dan kesamaan berfikir tentang masa depan ? dan apakah akan ada  kebahagiaan dan kejayaan jika LOMBA BENAR-BENAR TIDAK ADA ?!

Dari ku Pelatih Amatir,
Enjang Muhdiat Saputra

Jumat, 16 November 2012

Selanjutnya, adalah mereka ! (+Pict)


Semua pernah mendengar dan mengetahui tentang sebuah pepatah yang mengatakan “Mati satu tumbuh seribu”, sebuah pepatah yang menggambarkan tentang sebuah upaya pengkaderan dari seseorang  yang dengannya akan menghilangkan sesuatu yang disebut dengan “Vacum Of Power” sebuah kejadian dimana tidak ada lagi kekuatan yang dimiliki, yang dengan kejadian itu akan memudahkan musuh untuk memporak-porandakan wilayah yang didiami oleh siapapun yang mengalami “Vacum Of Power”. Dalam hal ini kami mencoba merespon pepatah tersebut dengan sebuah kerja nyata, dengan bentuk pengkaderan kepada anak didik kami agar mereka mampu menjadi generasi penerus dan pewaris kejayaan yang pernah diraih oleh kakak-kakak mereka. Memang, hasil yang akan diperoleh tidak akan sama dengan generasi sebelumnya, pilihannya adalah tiga, apakah mereka akan lebih buruk dari yang sebelumnya ? apakah akan sama ? atau apakah mereka akan menjadi lebih baik dari yang sebelumnya ?, ketiganya adalah sebuah pilihan, dan kami telah memilih pilihan itu !. Dalam membentuk generasi yang baik, perlu kiranya menghadirkan sebuah kerja sama dari semua pihak baik itu pihak internal keluarga besar PASKIBRA SMPN 1 Cileunyi atau pihak yang lainnya seperti dukungan dari pihak sekolah dan luar sekolah. Sekali lagi, telah menjadi sebuah keyakinan bagi kami bahwa “Apapun, jika ada kemauan pasti akan diberikan sebuah jalan terang”.
Dan, inilah generasi selanjutnya yang semoga dengannya mampu meneruskan perjuangan dan kejayaan yang pernah dilakukan serta diraih oleh generasi sebelumnya: