Pasukan 19, Sang Pewaris Mojang Sunda

Dan inilah masa depan kami yang lainnya, semua berharap agar mereka mampu mengikuti jejak kakak-kakaknya yang selalu gigih untuk mengharumkan rumah mereka, PASKIBRA Satuan SMPN 1 Cileunyi Kab. Bandung

Pasukan yang selalu tampil baru.

Mojang Sunda dan Satria Pegasus adalah sebuah karya yang nyata

Pasukan 17

Mereka adalah yang disebut sebagai pelaku sejarah, mereka lahir dengan nampak sempurna dan sampai pada penampilan terakhir mereka, mereka begitu menyita banyak pandangan mata.

Pasukan 18, Sang pewaris Satria Pegasus

Pasukan ini terlahir pada saat semuanya menjadi yang terbaik dan mulai pulih, adalah tantangan yang selalu mereka hadapi di arena perlombaan.

Saat Upacara Penaikan Bendera

Bagian terbesar dalam kiprah kami adalah selalu membuat Sang Merah Putih tetap melambai dengan eloknya di atas tiang tertinggi.

Kamis, 29 November 2012

Tentang LARAS (Laskar Prajurit Sunda)


Sejatinya kami adalah PASKIBRA satuan SMPN 1 Cileunyi Kab. Bandung, biasanya orang-orang menyebut kami dengan sebutan PASSACIL, namun rasanya tidak ada yang salah jika kami membuat sebuah nama panggilan untuk kami, dan ini berbicara tentang LARAS. Bagi kami LARAS bukan hanya sebuah nama dan tapi dia sebuah doa. LARAS mempunyai makna yang ganda. Pertama, LARAS adalah kependekan dari kalimat Laskar Prajurit Sunda. Laskar adalah kelompok/pasukan yang sejatinya mempunyai cara pandang dan cita-cita yang sama dalam melakukan setiap cara fikir dan gerak langkah. Prajurit, secara pengertian nyaris tidak ada yang berbeda dengan Laskar, namun secara makna kami memandangnya dengan berbeda. Jika Laskar lebih mengedepankan tentang suatu hal yang sifatnya tentang kesamaan cara pandang, bercita-cita dan pola langkah. Lain halnya dengan Prajurit yang lebih mengedepankan tentang jiwa atau mental yang ada atau sifat dari Prajurit itu sendiri, seperti sifat disiplin, tanggung jawab, setia, jujur dll yang berkaitan dengan  jiwa yang dimiliki oleh para Prajurit dalam hal ini adalah Prajurit Militer dan sejenisnya. Dan Sunda, Sunda sendiri mempunyai banyak makna, bahasa sangsekerta menyebutnya dengan kata Sund yang artinya bercahaya dan terang benderang, Bahasa Kawi menyebut sunda dengan makna subur dan berkualitas, dan orang sunda sendiri mempunyai pendangan tersendiri, Sunda berasalah dari kata Sonda yang artinya unggul, senang, bahagia, lelaki yang tampan dan perempuan yang cantik, serta pengertian lainnya yang masing-masing mempunyai makna tersendiri yang bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya. Kami pun mempunyai cara pandang tersendiri tentang kata Sunda, jika pemaparan diatas lebih membahas secara pengertian, maka kami memandangnya dengan sebuah makna, bahwa Sunda disini lebih kepada komunitas/suku yang ada di Indonesia yang sebagian besar berdomilisi di daerah Banten dan Jawa Barat dengan berbagai keanekaragaman budaya dan perbedaan dengan suku lainyya yang ada di Indonesia, namun tetap memegang teguh Bhineka Tunggal Ika.  Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya. Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang. Maka diharapkan dengan mengambil kata Sunda, kami mampu membawa budaya dan merealisasikan ciri khas sifat orang sunda digaris kehidupan.

Jika dijadikan sebagai pengertian yang tunggal, Laskar Prajurit Sunda adalah sekelompok orang yang berada di wilayah Tatar Sunda yang mempunyai cara pandang, cita-cita dan pola gerak yang sama dengan bermodalkan sifat disiplin, tanggung jawab, setia dan jujur yang dengannya membawa segala hal yang menjadi istimewa di wilayah Tatar Sunda (termasuk didalamnya adalah budaya) kepada pergaulan luas.

Dimuka kita berbicara tentang makna kata dari Laskar, Prajurit dan kata Sunda sampai kepada menemukan pengertian yang tunggal dari Laskar Prajurit Sunda. Selanjutnya dari kalimat Laskar Prajurit Sunda munculah sebuah kependekan atau nama baru dari kalimat itu, LARAS adalah kata yang mewakili tiga kata diatas. Secara pengertian, Laras pun mempunyai arti, yang artinya adalah setala, serasi, sesuai dan sepadan yang dalam hal ini setala, serasi, sesuai dan sepadan dalam segalanya yang direalisasikan dengan  gerakan tubuh (PBB). So, ternyata Laskar Prajurit Sunda mempunyai makna ganda. Lalu, nama mana yang dipakai ? LARAS adalah nama yang mewakili kami.

Namun seiring dengan pekembangan, ada juga yang menyebut LARAS adalah sebuah Managemen dalam pengelolaan kepelatihan dalam dunia Perlombaan Baris atau sejenisnya, ini terlihat dengan adanya bentuk latihan bersama dan penggunaan kata LARAS disetiap penampilan dalam dunia perlombaan oleh kami yang mempunyai keselarasan. Hemm.. untuk hal ini, syah-syah saja orang berpandangan demikian.
                 

Minggu, 18 November 2012

Fenomena Lomba Baris Berbaris Part II


Tulisan ini adalah sambungan dari tulisan sebelumnya yang berjudul Fenomena Lomba Baris Berbaris sebuah tulisan yang mengedepankan tentang sebuah esensi dari perlombaan baris (apapun itu namanya) yang berorientasi sebuah kemenangan atau kejayaan yang diraih. Lalu, apakan hanya kejayaan yang diraih ? bagaimana dengan kehidupan yang lainnya ? mereka yang berbahagia karena kemenangan memang banyak, tapi bagaimana dengan kondisi mereka yang “lainnya” ? apakah  hanya sebuah resiko yang didapat ? dan bagaimana dengan kehidupan adik-adik kita yang berbaris diluar sana ? sudahkah kita perhatikan ?. Kenapa kami menulis lagi tentang judul atau masalah yang sama, karena dilapangan banyak sekali terjadi sebuah keunikan dari para pelaku lomba, mulai dari kemasalahatan sampai pada kemadhorotan yang didapatkan. Segala hal yang ditulis disini adalah sesuatu yang ditulis dengan penelitian kasar, jadi setiap kejadian yang ditulis disini tidak sama dengan kejadian yang dialami diluar sana/di satuan yang lain, dan kalaupun sama berarti memang begitu adanya. Hehe :D
Tulisan ini lahir kembali ketika kami menulis status di Facebook Paskibra smpn satu cileunyi, status itu adalah “Bagiku PASKIBRA adalah... dan Lalu, Bagiku, Lomba adalah” dari upadetan statu itu ternyata respon atau komentar yang disampaikan sangatlah beragam, walaupun yang berkomentar tidak sampai ratusan bahkan ribuan tapi setidaknya komentar yang disampaikan cukup mewakili komentar yang ingin disampaikan oleh para penghuni beranda lainnya. Berikut akan kami ulas beberapa dari banyak komentar yang disampaikan pada status diatas :
Bagiku, PASKIBRA adalah... : Anugerah, penyemangat, keluarga besar ku, tempat ku menemukan jati diri, segalanya dihari-hari ku, kebanggaan ku, miniatur masa depan ku, langkah awal bagiku menuju kesuksesan, jiwa ragaku dan masih banyak lagi.
Lalu, bagi ku lomba adalah...Top of Form
 : Pengalaman, candu, sebuah usaha yang berujung bahagia, akar dari prestasi, sebuah impian untuk meraih mimpi, dan menggapai kesuksesan, ajang pembuktian, saat dimana peredaran darah menjadi lancar karena detak jantung semakin cepat, saat menikmati adrenaline (ga perlu naik roller coaster dulu), ajang mencari bakat dan tentunya komentar lainnya yang disampaikan oleh rekan kami di dunia maya.
Dari komentar atau pernyataan atas status yang dibuat dapat kiranya kita memandang bahwa antara PASKIBRA dengan perlombaan adalah sebuah hal yang sulit dan bahkan tidak bisa dipisahkan, seperti halnya kepingan uang logam yang tidak bisa dipisahkan antara satu sisi dengan sisi yang lainnya. Faktanya memang telah banyak sekali manfaat yang didapat selama mengikuti pendidikan di PASKIBRA dan selama mengikuti sebuah hajatan perlombaan, adalah kebersamaan, hal yang sangat kita rasakan. Dia (kebersamaan) muncul ketika senyuman menghiasi suasana saat itu, dia juga muncul ketika air mata ini tak lagi terbendung saat mendapati sebuah ujian hidup. Selain kebersamaan, masih banyak hal yang didapat selama mengikuti kedua aktivitas itu.
Baiklah, mari kita sejenak menarik helaan nafas panjang untuk menyiapkan diri kita menyimak beberapa Fenomena yang terjadi saat ini, khusunya tentang perlombaan. Memang benar, senyum, kebahagiaan, tangis dan rasa sakit itu muncul ketika proses latihan dan atau hasil dari proses yang dilakukan. Semua akan tersenyum karena rasa yang bahagia dan semua akan merintih menahan rasa sakit ketika apapun yang diharapkan tidak mampu diraih dan tangispun menjadi pemandangan yang tidak seharusnya terlihat. Kejayaan dan harumnya nama almamater dan atau media yang dihuni adalah menjadi sebuah tujuan dari keikutsertaan berlomba. Tapi, adakah yang melirik dengan tajam dan berfikir lebih dalam atas fenomena yang terjadi saat ini ? disamping kejayaan dan pengalaman terbaik lainnya, ada hal yang sangat miris jika itu benar-benar terjadi, hal itu adalah hilangnya jiwa ke-PASKIBRAAN yang secara hakikat keberadaannya adalah bertugas untuk menaik dan menurunkan dia yang bernama Sang Merah Putih. Memang ini hanyalah kekhawatiran, namun nampaknya kekhawatiran itu sudah mulai muncul. Coba lihat, mereka lebih bersemangat ketika latihan untuk lomba dan mereka lebih terlihat payah ketika harus berlatih dalam rangka menaik dan menurunkan Sang Merah Putih, selain itu, coba lirik kembali beberapa persoalan yang terjadi antar satuan yang sejatinya mereka adalah rekan satu peserta dalam event perlombaan, terkadang mereka tidak mengindahkan tatakrama dalam pergaulan. Dan, lirik juga pada beberapa kasus yang terjadi di ajang perlombaan yang katanya tidak mengindahkan dan menjunjung tinggi “Kebenaran dan Sportifitas” yang dengannya melahirkan perang dingin antar satuan, yang dengannya lahir sebuah fitnah yang belum tentu tentang kebenarannya serta beberapa efek yang dirasa negarif lainnya, bukan kah hal itu adalah sebuah pemandangan yang sama sekali tidak mencerminkan bangsa kita yang sebenarnya ? dan dimanakah jiwa seorang PASKIBRA/KA yang sesungguhnya ? masih kah ada dihati para generasi terbaik bangsa ini ? sekarang juga HENTIKAN PERLOMBAAN yang ada jika kehadirannya hanya sebagai media penghancur generasi terbaik bangsa ini !!, mungkin itulah kalimat yang ingin disampaikan oleh mereka yang dihatinya terdapat bibit kepedulian terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa ini.
Semuanya adalah sebuah kekhawatiran saja, sangat sulit dibayangkan jika semua yang dikhawatirkan benar-benar terjadi. Ayolah, bangun bangsa ini dengan sebenar-benarnya niat dan usaha, dan didik adik kita dengan sebuah ketulusan yang murni. Tidak salah jika perlombaan tetap dilaksanakan dan diikuti, karena didalamnya terdapat juga sebuah hal yang posotif didapat. Namun, keikutsertaan itu akan menjadi hal yang salah ketika tidak melakukan aktifitas sebagai anggota PASKIBRA yang sebenarnya.
Terakhir, apakah akan ada kebersamaan dan kesamaan berfikir tentang masa depan ? dan apakah akan ada  kebahagiaan dan kejayaan jika LOMBA BENAR-BENAR TIDAK ADA ?!

Dari ku Pelatih Amatir,
Enjang Muhdiat Saputra

Jumat, 16 November 2012

Selanjutnya, adalah mereka ! (+Pict)


Semua pernah mendengar dan mengetahui tentang sebuah pepatah yang mengatakan “Mati satu tumbuh seribu”, sebuah pepatah yang menggambarkan tentang sebuah upaya pengkaderan dari seseorang  yang dengannya akan menghilangkan sesuatu yang disebut dengan “Vacum Of Power” sebuah kejadian dimana tidak ada lagi kekuatan yang dimiliki, yang dengan kejadian itu akan memudahkan musuh untuk memporak-porandakan wilayah yang didiami oleh siapapun yang mengalami “Vacum Of Power”. Dalam hal ini kami mencoba merespon pepatah tersebut dengan sebuah kerja nyata, dengan bentuk pengkaderan kepada anak didik kami agar mereka mampu menjadi generasi penerus dan pewaris kejayaan yang pernah diraih oleh kakak-kakak mereka. Memang, hasil yang akan diperoleh tidak akan sama dengan generasi sebelumnya, pilihannya adalah tiga, apakah mereka akan lebih buruk dari yang sebelumnya ? apakah akan sama ? atau apakah mereka akan menjadi lebih baik dari yang sebelumnya ?, ketiganya adalah sebuah pilihan, dan kami telah memilih pilihan itu !. Dalam membentuk generasi yang baik, perlu kiranya menghadirkan sebuah kerja sama dari semua pihak baik itu pihak internal keluarga besar PASKIBRA SMPN 1 Cileunyi atau pihak yang lainnya seperti dukungan dari pihak sekolah dan luar sekolah. Sekali lagi, telah menjadi sebuah keyakinan bagi kami bahwa “Apapun, jika ada kemauan pasti akan diberikan sebuah jalan terang”.
Dan, inilah generasi selanjutnya yang semoga dengannya mampu meneruskan perjuangan dan kejayaan yang pernah dilakukan serta diraih oleh generasi sebelumnya:













































Selasa, 13 November 2012

Pelatih yang baik adalah......


Pernah berkata seorang pelatih “Sebaik-baiknya pelatih tidak akan pernah mampu membawa jaya pasukan yang dilatih apabila pasukan yang dilatih tidak memiliki sesuatu yang dimiliki oleh pelatihnya dan atau sebaliknya”, artinya hubungan batin atau kesamaan persepsi antara pelatih dengan anak didik haruslah sama, agar ketika pelaksanaan kepelatihan mampu menghadirkan hubungan yang baik antara pelatih dengan yang dilatih. Dan dengannya tidak menutup kemungkinan akan meraih sesuatu yang diharapkan bersama. Namun nyatanya, terkadang yang terjadi dilapangan selalu terjadi kesalahpahaman antara pelatih dan anak didik, maksud pelatih adalah mendidik namun dipandangan anak didik pelatih melakukan hal yang tidak wajar sebagai pelatih. Itu mungkin saja terjadi jika tidak lahir sebuah persepsi yang sama antara pelatih dan anak didik.
Untuk membangun persepsi yang sama antara pelatih dan anak didik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjadi pelatih yang baik, beberapa diantaranya adalah menjadi orang yang diterima, dicintai dan dipercaya. Diterima, maksudnya adalah kita harus menjadi orang yang dengan kehadiran kita mampu membuat orang disekitar seperti mendapatkan sebuah angin yang segar, mampu membuat suasana yang tidak kondusif menjadi suasana nyaman dan menyejukkan. Jangan sampai kehadiran kita malah membuat suasana semakin larut pada sesuatu yang disebut dengan kegalauan (:p), awalnya anak didik diselimuti dengan senyum manis dan canda tawa lengkap dengan cerita konyol yang mereka ceritakan, lalu datanglah kita, pelatih yang menganggap diri kita adalah seorang pahlawan, lalu apa yang terjadi ? suasana pun menjadi berubah mood, senyum menjadi tekukan kening, tawa menjadi keringat dingin yang menetes diantara pipi yang berlesung serta gerak tubuh memperlihatkan ketidaknyamanan. Haduh.. sungguh malang jika kita menjadi pelatih yang ditolak kehadirannya, jangankan untuk bisa melatih agar menjadi lebih baik, suasana baik pun malah dibuat tidak baik. Maka jadilah pelatih yang diterima oleh anak didik, yang kehadiran kita dirindukan dan dinantikan, yang jika kita tidak hadir dalam latihan, kita adalah orang yang paling dicari oleh anak didik. Indah bukan ? :D
Jika kita sudah mampu menjadi orang yang diterima oleh anak didik, maka langkah selanjutnya adalah kita harus menjadi orang yang dicintai. Dicintai karena kepintarannya, ketegasannya, kewibawaannya, karismatiknya dan kegantengan serta kageulisannya (Ekhem..) yang mampu memberikan solusi cerdas saat semua dirundung oleh masalah, menjadi sahabat dengar yang baik ketika anak didik sedang berkeluh kesah karena proses latihan yang dirasa melalahkan, kondisi keluarga yang tidak karuan, pelajaran yang selalu mendapatkan nilai bawah KKM sampai pada hal yang dianggap sebuah privasi yaitu tentang kehidupan asmaranya, dan kita juga harus mampu menjadi sahabat yang cerdas dengan segudang solusi yang tepat diberikan pada masalah tertentu yang dihadapi oleh anak didik. Indikator keberhasilan ketika kita sudah menjadi orang yang dicintai adalah anak didik sudah berani terbuka dengan semua masalah yang dialaminya seperti yang telah disampaikan diatas. Katanya, jika kita sudah menjadi orang yang dicintai maka kita akan dibela dan diperjuangkan, setiap permintaan dan atau intruksi kita akan didengar dan segera dilaksanakan tanpa penuh tanya dan “kukulutus (menggerutu)”. Pernah mendengar cerita yang sedikit lebay tentang orang yang pacaran kan ? orang yang pacaran dibangun atas dasar rasa cinta, yang dengan rasa cinta itu sang kekasih rela berkorban waktu, tenaga dan bahkan materi. Rela menunggu sang kekasih dibawa guyuran hujan disertai petir yang dahsyat, rela melawan badai sandy demi menyelamatkan sang kekasih, demi memberikan materi yang banyak ketika kekasih butuh sebuah mobil baru, dan sejuta pengorbanan lainnya yang mencerminkan tentang sebuah kecintaan. Ceritanya memang lebay, namun jangan dilihat dari ceritanya, tapi lihat dari sudut pandang lain sebagai cerita yang lebay dan penuh makna (:p).
Nah.. kalo kita sudah menjadi seorang pelatih yang diterima dengan membawa sebuah angin segar yang menyejukkan, dicintai dengan segala kekurangan dan sejuta kelebihannya, maka secara otomatis akan lahir sebuah kepercayaan yang diberikan oleh peserta didik kepada kita, kalo sudah mendapatkan kepercayaan, maka dengannya akan mempermudah kita untuk melaksanakan kewajiban kita sebagai seorang pelatih. Sempurna rasanya jika kita mampu menjadi pelatih yang diterima, dicintai dan dipercaya oleh peserta didik, hal yang dikhawatirkan seperti tidak samanya jiwa dan persepsi akan terkikis secara cepat ataupun perlahan. Namun ingat, tiga hal yang disebutkan tadi tidaklah cukup, jika kita selaku seorang pelatih tidak memiliki sebuah skill yang mumpuni untuk melatih anak didik, jangan sampai tiga hal tadi menjadi hilang karena kita tidak mampu menjadi pelatih yang baik dilapangan ketika baris.
Menjadi pelatih yang diterima, dicintai dan dipercaya adalah prinsip yang mesti dipegang teguh  dalam rangka membangun kesamaan jiwa dan persepsi. Itu hanya satu dari beberapa ribuan bahkan jutaan kunci lainnya tentang bagaimana menjadi seorang pelatih yang baik, artinya setiap orang pasti mempunyai caranya masing-masing tentang cara melatih anak didik agar menjadi anak didik yang baik. Bukan berarti penulis telah menjadi pelatih yang baik, ini hanya cerita tentang perjalanan seorang pelatih yang tidak lebih hebat dari pelatih lainnya.
Lalu, bagaimana dengan kunci sukses melatih anda sob ? :D

Sabtu, 10 November 2012

Semuanya.. Saat Terakhir


(Sebuah akhir cerita tentang perjalanan manis pahit seorang pelaku sejarah)
“Setiap pertemuan yang manis, terkadang diakhiri dengan perpisahan yang terasa menyakitkan (Pelatih Amatir,2012).”
Tentang mereka, sudah banyak sekali lirik yang tertulis dengan sentuhan rasa, rasanya tidak bosan untuk menceritakan kembali sepak terjang mereka para pelaku sejarah yang telah membuat  perjalanan cerita ini semakin menarik, yang menghantarkan kami pada manisnya berdiri dipanggung kejayaan dengan riuhan yang mengeluh-eluhkan dengan alunan suara yang lahir dari tepuk tangan yang tulus. Setiap harapan yang dicanangkan selalu menjadi hal yang nyata tersentuh dan terasa oleh segala rasa, setiap proses yang dilalui selalu menjadi cerita tersendiri tentang batapa beratnya untuk menjadi sesuatu yang disebut dengan berjaya. Langkah ini terkadang sangat terasa berat, kami selalu dihadapkan dengan hal yang sudah menjadi sahabat setia kami, yaitu masalah, namun sepertinya setiap permasalah yang datang tidak pernah nyaman untuk terus berada dilingkungan tempat kami hidup. Kami memandang wajar terhadap permasalahan yang didapat, lagi pula hidup itu penuh dengan permasalahannya bukan ? dan sudah menjadi sebuah keyakinan bagi kami bahwa Badai pasti pulang, maka setiap permasalahan yang ada selalu kami akhiri dengan segala bentuk upaya dan dengan kekuatan yang tersisa saat semua pergi begitu saja meninggalkan bibit masalah, yang jika dia dibiarkan akan menjelma menjadi sesuatu yang sangat menakutkan.

Semua Kesan Pertama dan Pendidikan
Masa lalu dengan beribu pengalaman hidup memang telah menjadi sebuah guru yang hebat, masa lalu menyimpan ribuan bahkan jutaan kenangan tentang manis pahit kehidupan dan masa lalu menyimpan sebuah teka-teki hidup, serta Masa lalu telah mampu membawa kami pada jendela dan tatanan kehidupan yang lain. Menurut ku jika mampu mengelola masa lalu dengan baik seseorang akan dihantarkan pada pribadi yang sebaik-baiknya pribadi. Tentang masa lalu, teringat sebuah cerita tentang perjalanan mereka ketika ku temui di Kaki Gunung Manglayang, yang saat itu kulihat adalah sebuah pemandangan yang tak begitu indah dari raut wajah mereka, mungkin karena lelah, mungkin karena tidak terdapat niat yang tulus atau mungkin karena tekanan yang dilancarkan oleh kakak-kakak mereka. Namun disisi lain, tersirat pada pandangan itu adalah akan lahir seorang generasi yang kan membawa semuanya membaik. Disana memang bukan pertemuan pertama, namun diantara pertemuan yang ku alami, disanalah pertemuan yang ku pilih untuk dijadikan sebuah cerita awal tentang semuanya. Dengan dijalaninya segala aktivitas di Kaki Gunung Manglayang, maka mereka telah menjadi bagian dari keluarga besar PASKIBRA SMPN 1 Cileunyi walaupun belum secara syah. Sebagai syarat untuk menjadi keluarga besar PASKIBRA SMPN 1 Cileunyi mereka harus melakukan perjalanan selanjutnya, yaitu mengikuti kegiatan DIKLAT setelah sebelumnya mereka mengikuti kegiatan DIKLATSAR sebuah pendidikan pertama bagi mereka jika ingin menjadi bagian atau keluarga besar PASKIBRA SMPN 1 Cileunyi. DIKLAT adalah pintu selanjutnya agar mereka diakui untuk menjadi penghuni rumah baru mereka. Ya, mereka menjalaninya dengan baik, dengan semangat dan jiwa yang penuh gelora. Hemm.. sepertinya perlu waktu yang banyak untuk menuliskan tentang semua perjalanan yang mereka alami, namun akan ku gambarkan secara singkat (tanpa penjelasan menyeluruh) tentang jejak juang mereka. Seperti telah dibahas sebelumnya, karir mereka diawali di Kaki Gunung Manglayang untuk menjadi seorang CAPAS (Calon Anggota PASKIBRA) pintu gerbangnya adalah mereka harus mengikuti kegiatan DIKLATSAR (Pendidikan dan Latihan Dasar), untuk menjadi seorang Anggota PASKIBRA mereka harus mengikuti kegiatan DIKLAT (Pendidikan dan Latihan), dengan mengikuti kegiatan itu mereka telah menjadi Anggota PASKIBRA dan sebagai bentuk pengesahan sebagai Anggota mereka dilantik pada malam 17 Agustus atau pada malam lainnya yang berdekatan dengan malam itu sebagai bentuk peresmian mereka untuk menjadi anggota PASKIBRA SMPN 1 Cileunyi. Selain sebagai bentuk peresmian, malam itu juga kami maksudkan sebagai bentuk kegiatan agar ketika pelaksanaan Pengibaran 17 Agustus mereka mampu melaksanakannya dengan baik dan khidmat, dengan jiwa Patriotisme yang tinggi.

Semua Jiwa yang Baru
Telah hadir jiwa-jiwa yang baru, tidak lama setelah mereka dilantik sebagai anggota, mereka disematkan sebagai pengurus baru PASKIBRA SMPN 1 Cileunyi setelah sebelumnya angkatan 16 melakukan Laporan Pertanggung Jawaban dan Serah Terima Jabatan dihadapan pihak sekolah, para alumni, dan tentunya adik-adik mereka termasuk didalamnya adalah angkatan 17.
Selalu, setiap apapun yang mereka alami selalu menjadi sebuah cerita menarik untuk dijadikan sebuah lirik kata. Ketika menjadi seorang pengurus, banyak sekali cerita didalamnya, mulai dari masalah diantara sesama mereka yang kadang terjadi perang dingin, sampai pada kebahagiaan yang dialami mereka ketika mereka menjabat sebagai pengurus baru. Tepat satu tahun menjabat, pada bulan September 2012 mereka harus segera menyerahkan segala bentuk tanggung jawab sebagai pengurus kepada adik kelas mereka angkatan 18, maka dengan keharusan seperti itu mereka melakukan Laporan Pertanggung Jawaban dan Serah Terima Jabatan persis yang dilakukan oleh kakak mereka, angkatan 16. Dengan dilaksanakannya LPJ dan SERTIJAB mereka telah resmi menjadi seorang Purna bhakti. Itulah perjalanan mereka yang menceritakan tentang karir di PASKIBRA SMPN 1 Cileunyi dari mulai mereka sebagai Bakal Calon Anggota PASKIBRA sampai pada status Purna Bhakti, status tertinggi di PASKIBRA SMPN 1 Cileunyi disamping Dewan Alumni dan Dewan Pelatih serta Dewan Pembina.

Semua Tentang Perjuangan
Sekarang akan ku buka kembali lembaran ingatan tentang perjalanan mereka dalam rangka mengharumkan dan membuat besar rumah yang salama ini mereka huni, PASKIBRA dan Almamater SMPN 1 Cileunyi, yaitu perjalanan mereka di arena perlombaan. Jika ku harus mengingat, aku hanya ingat tentang cerita di SMPN 3 Rancaekek, saat itu adalah saat pertama ku bertemu dan melihat mereka di arena perlombaan, masih lugu dan rasanya tidak mungkin untuk menjadi sehebat sekarang. Tidak banyak yang didapat, hanya lelah dan siraman air hujan yang nyaris membuat tubuh ini tidak ada yang mengering karenanya, serta pengalaman yang tidak begitu mencolok daripada pengalaman lainnya. Perlombaan demi perlombaan mereka ikuti sampai pada akhirnya mereka menjadi jelmaan yang menampakan perubahan yang signifikan, apakah dengan perubahan  yang ada mereka memperoleh keberhasilan ? TIDAK dan itu BELUM CUKUP !, awal terlihat perubahan adalah ketika mereka memberanikan diri untuk tampil pada perlombaan akbar di SMAT KRIDA NUSANTARA tahun 2011, semula memang mengharapkan ada sesuatu yang dibawa yang berbentuk materi, namun Tuhan menyimpannya dan harapan itu tidak mampu mereka bawa pulang. Ah, aku dan mereka nampaknya tidak terlalu lama dan tidak harus larut atas hasil yang didapat, disatu sisi kulihat tangisan haru dari para pioner yang mampu (hampir) melakukan aksi sapu bersih pada perlombaan tersebut, kami menjadi juara Umum untuk yang pertama kalinya setelah beberapa tahun tak kunjung datang  pada sebuah event yang luar biasa besar, adalah angkatan 16 yang menjadi tonggak kebangkitan kami. Terimkasih untuk sang pengembara.

Semua Kejayaan adalah Pemberian Tuhan          
Hari tetaplah hari dan waktu tetaplah waktu, keduanya tidak pernah diam menunggu kebangkitan dari siapapun yang kan bangkit. Ajang sebelumnya telah menjadi pelajaran penting tentang arti sebuah kerja keras. Sempat vakum selama beberapa bulan, pada bulan Oktober/November kami mencoba semua hal yang dirasa baru, mulai pada gerakan PBB sampai pada kostum lomba. Semuanya kami tumpahkan pada penghelatan yang tidak kalah besarnya, yaitu LKBB Cexo’s SMAN 1 Cicalengka Kabupaten Bandung se-Jawa Barat. Dan, segalanya yang sempat Tuhan simpan, Tuhan berikan dan tumpahkan untuk kami. Harapan yang kami canangkan semula akhirnya dapat terwujud, disana adalah moment selanjutnya kebangkitan kami, kami menjadi yang terbaik dengan sentuhan para pelatih amatir. Adapun ocehan orang lain, kami anggap sebagai cermin yang kan merubah segala bentuk perjuangan dimasa yang akan datang. Beberapa minggu setelahnya, kami menjajal dan mencoba peruntungan di SMKN 1 Katapang, Alhamdulillah disana kami mendapatkan sesuatu yang kami harapkan pula, namun ada beberapa catatan selama keikutsertaan disana, sepertinya ada sesuatu yang tak harus nampak terlihat dan terdengar oleh telinga kami. Apapun dan bagaimanapun, tetap kami syukuri atas segala yang kami peroleh.
Berangkat dengan penuh kayakinan yang tinggi dan dengan dukungan dari semuanya, kami melangkah menuju ajang tertinggi, LKBB tingkat Nasional di SMK Muhammadiyah Cirebon. Terjatuh di tempat ketinggian adalah sesuatu yang sangat menyakitkan, mungkin itu adalah ungkapan yang tepat untuk kami, kami terjatuh dari harapan tinggi yang kami canangkan dan rasanya sangat menyakitkan. Lelah, lesu dan tak nampak aura semangat sempat kami alami beberapa saat dan beberapa hari setelah kejadian itu, itu adalah pukulan telak bagi kami dan itu adalah cambukan bagi kami untuk bangun, bergerak dan berlari untuk berjaya dimasa yang telah Tuhan siapkan untuk kami. Sebut saja LKBB di Soreang yang diselenggarakan oleh PPI kabupaten Bandung, SMK YADIKA Sumedang, SMAN 6 Cimahi, SMAT Krida Nusantara, SMAN Situ Raja Sumedang, dan terakhir di SMPN 11 Bekasi, itu adalah bukti bahwa masih ada sisa kekuatan dan semangat yang kami miliki untuk tetap berjuang memperjuangkan sesuatu yang disebut dengan “Kejayaan”. Kejayaan adalah pemberian Tuhan atas segala bentuk upaya dari siapapun yang ingin merasakan kejayaan. Itulah Tuhan, terkadang Tuhan tidak memberikan sesuatu yang kita minta, tapi Tuhan selalu memberikan apa yang kita butuhkan. Kebutuhan itu adalah Jaya.

Semua Saat Terakhir..            
Semua cerita yang tersurat diatas adalah sebagai prolog untuk melengkapi sebuah cerita akhir dari sebuh perjalanan. Bagaimana dengan di UFC ? UFC adalah sebuah ajang perlombaan yang diselenggarakan oleh UNJANI-Cimahi dengan level Nasional atau Indonesia Open, peserta yang hadir adalah peserta terbaik yang datang dari luar kota bahkan provonsi. Semula UFC bukanlah ajang terakhir yang mereka ikuti, hanya saja karena adanya beberapa hal, mulai dari rasa malu yang kian hadir dari dalam lubuk ku, permasalahan managemen waktu, masalah perizinan dari semua pihak dan lain sebagainya, maka aku beserta para pelatih yang lain memutuskan bahwa keikutsertaan mereka untuk mengharumkan rumah mereka melalui perlombaan cukup sampai disini saja, bagiku ini adalah cara terbaik untuk semuanya dan aku akan tetap memegang prinsip itu. Berat dan bahkan terlalu berat untuk seorang aku, untuk bisa melepaskan mereka yang selama ini menjadi pasukan terbaik dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Entah kenapa, setiap ku lihat mereka sedang berlaga di arena lomba, rasanya aku mendapatkan sebuah “angin segar” dan helaan nafas yang optimis. Benar saja, setiap mereka tampil mereka selalu memberikan kami kebahagiaan dan senyuman yang tiada tara, bahkan sempat ku ungkapkan pada salah satu atau banyak diantara mereka “Akang sudah tidak punya lagi bahagia untuk kalian”.
Segala macam persiapan kami lakukan untuk semua yang dikatakan Semua Saat Terakhir, gerakan PBB kami pertegas dan haluskan, Variasi dan Formasi kami buat dia menjadi hal yang menakutkan, atribut kostum kami rangkai agar dia menjadi sesuatu yang membuat gagah dan indah setiap gerak tubuh yang ditampakkan.

Semuanya Saat Penantian
Semua persiapan sudah disiapkan dan sudah ditempatkan pada tempat yang seharusnya, latihan selama kurang lebih dua pekan sudah dilaksanakan, perjalanan yang terasa sulit sudah kami jalani dan lewati. Sekarang tinggal menggantungkan harapan yang telah dicanangkan pada Tuhan dengan panjatan do’a yang tulus nan penuh harap. Namun ada rasa yang berbeda yang ku alami, cemas, adalah rasa yang terus menemani saat menunggu pagi. Aku seperti mendapatkan diri yang sangat payah. Siapa yang tidak cemas, ketika latihan untuk yang terakhir, penampilannya tidak seperti yang diharapkan, Formasi belum sempurna. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan ketika hari esok, mungkin aku adalah orang yang sangat bertanggung jawab atas kejadian itu. Jika aku boleh meminta pada Tuhan, aku akan meminta agar diberikan beberapa saat untuk melakukan persiapan untuk yang terakhir kalinya. Namun benar, Hari tetaplah hari dan waktu tetaplah waktu, keduanya tidak pernah diam menunggu kebangkitan dari siapapun yang kan bangkit. Hari yang sangat dinanti namun tidak diharapkan tetap saja akan tiba, dan hari itu adalah besok !

Semuanya Berakhir Dengan Manis
“Dengarkan, hari ini semua peserta yang tampil adalah peserta terbaik dan kita adalah termasuk didalamnya. Hari ini kita bukan lagi mencari kemenangan, kalah dan menang sudah menjadi hal yang lumrah kita dapatkan. Hari ini kita akan memperlihatkan kekuatan kita pada mereka, bahwa kita masih ada dengan segala kekuatan yang dimiliki dan kekuatan kita belum habis. Hari ini kita bukan mencari kemenangan, melainkan sebuah KEJAYAAN”. Itulah kata terakhir yang ku ucapkan pada mereka selang beberapa saat sebelum mereka tampil untuk yang terakhir kalinya, sekedar untuk mengembalikan motovasi mereka pada jalur yang seharusnya dan melahirkan jiwa juang yang luhur nan agung.
Ketika persiapan perencanaan keikutsertaan di UFC kami dihadapakan pada batu ujian yang datang dengan tidak biasanya, menghimpun kembali pasukan terbaik adalah batu ujian terbesar, bagaimanapun juga mereka tetaplah mereka yang jika salah satu diantara mereka hilang maka mereka bukan lagi menjadi mereka yang sebenarnya. Lagi, semua dapat diselesaikan dan dapat kami lewati dengan penuh perjuangan serta dengan penuh kehati-hatian. Pergi dengan penuh keyakinan dan mental juara, kami lenggangkan langkah pasti ini untuk kami hentakkan pada arena yang semoga dia mampu menerima kehadiran kami. Unik, Penampilan terakhir disana sangat unik, mungkin lebih unik daripada keunikan penampilan lainnya, selama berdiam diri disana banya sekali spekulasi dari kawan-kawan pelatih tentang kami, mereka mengatakan bahwa kami adalah yang menjadi juara, namun sebagian yang lain mengatakan bahwa pasukan dari sebrang yang menjadi juara, rasanya saat terjadi hal itu kami seperti diombang-ambing dengan isue yang tersebar. Ya, semua telah terjawab setelah masa pengumuman datang, dengan segala bentuk rasa syukur yang sangat, kami mendapatkan suatu yang kami harapakan, yaitu kejayaan. Sempat terjadi beberapa kesalahan antara pihak panitia, kami dan peserta yang lain, namun kejadian itu tidak lantas mencabut gelar yang kami harapkan dan semua kembali seperti seharunya. Cileunyi..Cileunyi..Cileunyi !! adalah teriakan yang terdengar di Gedung saat pengumuman menjelang akhir. Mereka yang berteriak demikian bukan hanya meneriakannya untuk kami, tapi untuk semua kawan terbaik kami yang berdomisili di Cileunyi yang saat itu memang menjadi peserta di UFC, selain itu pada hari sebelumnya kami tampil, katanya nama Cileunyi sudah semerbak harum karena utusan atau peserta dari cileunyi mampu menjadi yang terbaik, yaitu SDN Cinta Asih dan Cimekar, selamat untuk mereka.
Dan, perjalanan ini sepertinya sudah disetting sedemikian rupa oleh Tuhan. Ini adalah akhir perjalanan yang sangat terasa manis, “ini adalah hasil kerja keras kalian, perjalanan selama tiga tahun ditutup dengan hasil akhir yang sangat manis”. Untuk semua, terimakasih telah memberikan Do’a yang tulus dan dorongan moril serta materil yang dengannya menjadi kekuatan besar untuk kami, terimakasih karena telah memberi warna dan memperindah jalan juang kami, kami adalah para manusia lemah tanpa kehadiran semuanya. Pertama dan utama, kami ucapakan banyak terimakasih, mohon maaf dan semua karya ini kami persembahkan untuk Almamater tercinta kami, SMPN 1 Cileunyi Kabupaten Bandung, pada Ekstrakulikuler PASKIBRA satuan SMPN 1 Cileunyi, pada jajaran Dewan Pelatih, Dewan Pembina, Dewan alumni (Keluarga besar PASKIBRA SMPN 1 Cileunyi), pada rekan terbaik kami, dan terakhir yang paling utama dari yang utama adalah orang tua, do’a kudus mu yang disampaikan pada Tuhan telah sampai pada anak mu, serta pada pasukan 17 yang kini telah menjadi akhir dari sebuah cerita. Semoga segala sesuatu yang diberikan dari semua mampu menjadi sebuah kebaikan dan dibalas oleh Tuhan sebagai pahala. Untuk pasukan 18 dan 19 silahkan ikuti jejak kakak mu, jadilah sebaik-baiknya adik yang mampu mengharumkan Domisili dan mempertahankan Kejayaan, aku tau dan yakin kalian bisa !.
Berikut adalah hasil yang kami raih di UFC Indonesia OPEN 2012:
1.       Juara umum
2.       Juara Utama 1
3.       Juara danton terbaik putri
4.       Juara danton terbaik
5.       Juara 3 Variasi dan Formasi
6.       Juara 1 bina (Pasukan B)

“Lalu, inikah yang disebut dengan kejayaan ? sebuah nama yang selama ini oleh semua orang dicari dan diperebutkan ? yang dengannya nyaris saling “membunuh” dengan segala bentuk upaya. Lalu, haruskah kita saling hina dan membanggakan diri atas semua yang diraih ?. Terlalu sempit, jika seandainya hidup kita hanya diisi dengan kehidupan “disana”. Lirik kehidupan yang lain, disana terdapat kehidupan  yang lebih mulia yang dapat menghantarkan semuanya pada derajat terbaik sebagai manusia. Lalu, cukupkan sampai disini peperangan yang sudah mulai terasa tidak sehat lagi, berkaryalah dengan sebaik-baiknya karya, berusahalah dengan sebaik-baiknya usaha jika memang KEJAYAAN lah yang semua cari !. ( Dari ku seorang pelatih amatir,2012 )