Minggu, 18 November 2012

Fenomena Lomba Baris Berbaris Part II


Tulisan ini adalah sambungan dari tulisan sebelumnya yang berjudul Fenomena Lomba Baris Berbaris sebuah tulisan yang mengedepankan tentang sebuah esensi dari perlombaan baris (apapun itu namanya) yang berorientasi sebuah kemenangan atau kejayaan yang diraih. Lalu, apakan hanya kejayaan yang diraih ? bagaimana dengan kehidupan yang lainnya ? mereka yang berbahagia karena kemenangan memang banyak, tapi bagaimana dengan kondisi mereka yang “lainnya” ? apakah  hanya sebuah resiko yang didapat ? dan bagaimana dengan kehidupan adik-adik kita yang berbaris diluar sana ? sudahkah kita perhatikan ?. Kenapa kami menulis lagi tentang judul atau masalah yang sama, karena dilapangan banyak sekali terjadi sebuah keunikan dari para pelaku lomba, mulai dari kemasalahatan sampai pada kemadhorotan yang didapatkan. Segala hal yang ditulis disini adalah sesuatu yang ditulis dengan penelitian kasar, jadi setiap kejadian yang ditulis disini tidak sama dengan kejadian yang dialami diluar sana/di satuan yang lain, dan kalaupun sama berarti memang begitu adanya. Hehe :D
Tulisan ini lahir kembali ketika kami menulis status di Facebook Paskibra smpn satu cileunyi, status itu adalah “Bagiku PASKIBRA adalah... dan Lalu, Bagiku, Lomba adalah” dari upadetan statu itu ternyata respon atau komentar yang disampaikan sangatlah beragam, walaupun yang berkomentar tidak sampai ratusan bahkan ribuan tapi setidaknya komentar yang disampaikan cukup mewakili komentar yang ingin disampaikan oleh para penghuni beranda lainnya. Berikut akan kami ulas beberapa dari banyak komentar yang disampaikan pada status diatas :
Bagiku, PASKIBRA adalah... : Anugerah, penyemangat, keluarga besar ku, tempat ku menemukan jati diri, segalanya dihari-hari ku, kebanggaan ku, miniatur masa depan ku, langkah awal bagiku menuju kesuksesan, jiwa ragaku dan masih banyak lagi.
Lalu, bagi ku lomba adalah...Top of Form
 : Pengalaman, candu, sebuah usaha yang berujung bahagia, akar dari prestasi, sebuah impian untuk meraih mimpi, dan menggapai kesuksesan, ajang pembuktian, saat dimana peredaran darah menjadi lancar karena detak jantung semakin cepat, saat menikmati adrenaline (ga perlu naik roller coaster dulu), ajang mencari bakat dan tentunya komentar lainnya yang disampaikan oleh rekan kami di dunia maya.
Dari komentar atau pernyataan atas status yang dibuat dapat kiranya kita memandang bahwa antara PASKIBRA dengan perlombaan adalah sebuah hal yang sulit dan bahkan tidak bisa dipisahkan, seperti halnya kepingan uang logam yang tidak bisa dipisahkan antara satu sisi dengan sisi yang lainnya. Faktanya memang telah banyak sekali manfaat yang didapat selama mengikuti pendidikan di PASKIBRA dan selama mengikuti sebuah hajatan perlombaan, adalah kebersamaan, hal yang sangat kita rasakan. Dia (kebersamaan) muncul ketika senyuman menghiasi suasana saat itu, dia juga muncul ketika air mata ini tak lagi terbendung saat mendapati sebuah ujian hidup. Selain kebersamaan, masih banyak hal yang didapat selama mengikuti kedua aktivitas itu.
Baiklah, mari kita sejenak menarik helaan nafas panjang untuk menyiapkan diri kita menyimak beberapa Fenomena yang terjadi saat ini, khusunya tentang perlombaan. Memang benar, senyum, kebahagiaan, tangis dan rasa sakit itu muncul ketika proses latihan dan atau hasil dari proses yang dilakukan. Semua akan tersenyum karena rasa yang bahagia dan semua akan merintih menahan rasa sakit ketika apapun yang diharapkan tidak mampu diraih dan tangispun menjadi pemandangan yang tidak seharusnya terlihat. Kejayaan dan harumnya nama almamater dan atau media yang dihuni adalah menjadi sebuah tujuan dari keikutsertaan berlomba. Tapi, adakah yang melirik dengan tajam dan berfikir lebih dalam atas fenomena yang terjadi saat ini ? disamping kejayaan dan pengalaman terbaik lainnya, ada hal yang sangat miris jika itu benar-benar terjadi, hal itu adalah hilangnya jiwa ke-PASKIBRAAN yang secara hakikat keberadaannya adalah bertugas untuk menaik dan menurunkan dia yang bernama Sang Merah Putih. Memang ini hanyalah kekhawatiran, namun nampaknya kekhawatiran itu sudah mulai muncul. Coba lihat, mereka lebih bersemangat ketika latihan untuk lomba dan mereka lebih terlihat payah ketika harus berlatih dalam rangka menaik dan menurunkan Sang Merah Putih, selain itu, coba lirik kembali beberapa persoalan yang terjadi antar satuan yang sejatinya mereka adalah rekan satu peserta dalam event perlombaan, terkadang mereka tidak mengindahkan tatakrama dalam pergaulan. Dan, lirik juga pada beberapa kasus yang terjadi di ajang perlombaan yang katanya tidak mengindahkan dan menjunjung tinggi “Kebenaran dan Sportifitas” yang dengannya melahirkan perang dingin antar satuan, yang dengannya lahir sebuah fitnah yang belum tentu tentang kebenarannya serta beberapa efek yang dirasa negarif lainnya, bukan kah hal itu adalah sebuah pemandangan yang sama sekali tidak mencerminkan bangsa kita yang sebenarnya ? dan dimanakah jiwa seorang PASKIBRA/KA yang sesungguhnya ? masih kah ada dihati para generasi terbaik bangsa ini ? sekarang juga HENTIKAN PERLOMBAAN yang ada jika kehadirannya hanya sebagai media penghancur generasi terbaik bangsa ini !!, mungkin itulah kalimat yang ingin disampaikan oleh mereka yang dihatinya terdapat bibit kepedulian terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa ini.
Semuanya adalah sebuah kekhawatiran saja, sangat sulit dibayangkan jika semua yang dikhawatirkan benar-benar terjadi. Ayolah, bangun bangsa ini dengan sebenar-benarnya niat dan usaha, dan didik adik kita dengan sebuah ketulusan yang murni. Tidak salah jika perlombaan tetap dilaksanakan dan diikuti, karena didalamnya terdapat juga sebuah hal yang posotif didapat. Namun, keikutsertaan itu akan menjadi hal yang salah ketika tidak melakukan aktifitas sebagai anggota PASKIBRA yang sebenarnya.
Terakhir, apakah akan ada kebersamaan dan kesamaan berfikir tentang masa depan ? dan apakah akan ada  kebahagiaan dan kejayaan jika LOMBA BENAR-BENAR TIDAK ADA ?!

Dari ku Pelatih Amatir,
Enjang Muhdiat Saputra

0 komentar:

Posting Komentar