Tulisan ini adalah sambungan dari
tulisan sebelumnya yang berjudul Fenomena Lomba Baris Berbaris sebuah tulisan yang
mengedepankan tentang sebuah esensi dari perlombaan baris (apapun itu namanya)
yang berorientasi sebuah kemenangan atau kejayaan yang diraih. Lalu, apakan
hanya kejayaan yang diraih ? bagaimana dengan kehidupan yang lainnya ? mereka
yang berbahagia karena kemenangan memang banyak, tapi bagaimana dengan kondisi
mereka yang “lainnya” ? apakah hanya
sebuah resiko yang didapat ? dan bagaimana dengan kehidupan adik-adik kita yang
berbaris diluar sana ? sudahkah kita perhatikan ?. Kenapa kami menulis lagi
tentang judul atau masalah yang sama, karena dilapangan banyak sekali terjadi
sebuah keunikan dari para pelaku lomba, mulai dari kemasalahatan sampai pada
kemadhorotan yang didapatkan. Segala hal yang ditulis disini adalah sesuatu
yang ditulis dengan penelitian kasar, jadi setiap kejadian yang ditulis disini
tidak sama dengan kejadian yang dialami diluar sana/di satuan yang lain, dan
kalaupun sama berarti memang begitu adanya. Hehe :D
Tulisan ini lahir kembali ketika
kami menulis status di Facebook Paskibra smpn satu cileunyi, status itu adalah
“Bagiku PASKIBRA adalah... dan Lalu, Bagiku, Lomba adalah” dari upadetan statu
itu ternyata respon atau komentar yang disampaikan sangatlah beragam, walaupun
yang berkomentar tidak sampai ratusan bahkan ribuan tapi setidaknya komentar
yang disampaikan cukup mewakili komentar yang ingin disampaikan oleh para
penghuni beranda lainnya. Berikut akan kami ulas beberapa dari banyak komentar
yang disampaikan pada status diatas :
Bagiku, PASKIBRA adalah... :
Anugerah, penyemangat, keluarga besar ku, tempat ku menemukan jati diri,
segalanya dihari-hari ku, kebanggaan ku, miniatur masa depan ku, langkah awal
bagiku menuju kesuksesan, jiwa ragaku dan masih banyak lagi.
Lalu, bagi ku lomba adalah...
: Pengalaman, candu, sebuah usaha yang
berujung bahagia, akar dari prestasi, sebuah impian untuk meraih mimpi, dan
menggapai kesuksesan, ajang pembuktian, saat dimana peredaran darah menjadi
lancar karena detak jantung semakin cepat, saat menikmati adrenaline (ga perlu
naik roller coaster dulu), ajang mencari bakat dan tentunya komentar lainnya
yang disampaikan oleh rekan kami di dunia maya.
Dari komentar atau pernyataan atas
status yang dibuat dapat kiranya kita memandang bahwa antara PASKIBRA dengan
perlombaan adalah sebuah hal yang sulit dan bahkan tidak bisa dipisahkan,
seperti halnya kepingan uang logam yang tidak bisa dipisahkan antara satu sisi
dengan sisi yang lainnya. Faktanya memang telah banyak sekali manfaat yang
didapat selama mengikuti pendidikan di PASKIBRA dan selama mengikuti sebuah
hajatan perlombaan, adalah kebersamaan, hal yang sangat kita rasakan. Dia (kebersamaan)
muncul ketika senyuman menghiasi suasana saat itu, dia juga muncul ketika air
mata ini tak lagi terbendung saat mendapati sebuah ujian hidup. Selain
kebersamaan, masih banyak hal yang didapat selama mengikuti kedua aktivitas
itu.
Baiklah, mari kita sejenak menarik
helaan nafas panjang untuk menyiapkan diri kita menyimak beberapa Fenomena yang
terjadi saat ini, khusunya tentang perlombaan. Memang benar, senyum,
kebahagiaan, tangis dan rasa sakit itu muncul ketika proses latihan dan atau
hasil dari proses yang dilakukan. Semua akan tersenyum karena rasa yang bahagia
dan semua akan merintih menahan rasa sakit ketika apapun yang diharapkan tidak
mampu diraih dan tangispun menjadi pemandangan yang tidak seharusnya terlihat.
Kejayaan dan harumnya nama almamater dan atau media yang dihuni adalah menjadi
sebuah tujuan dari keikutsertaan berlomba. Tapi, adakah yang melirik dengan
tajam dan berfikir lebih dalam atas fenomena yang terjadi saat ini ? disamping kejayaan
dan pengalaman terbaik lainnya, ada hal yang sangat miris jika itu benar-benar
terjadi, hal itu adalah hilangnya jiwa
ke-PASKIBRAAN yang secara hakikat keberadaannya adalah bertugas untuk menaik
dan menurunkan dia yang bernama Sang Merah Putih. Memang ini hanyalah
kekhawatiran, namun nampaknya kekhawatiran itu sudah mulai muncul. Coba lihat,
mereka lebih bersemangat ketika latihan untuk lomba dan mereka lebih terlihat
payah ketika harus berlatih dalam rangka menaik dan menurunkan Sang Merah
Putih, selain itu, coba lirik kembali beberapa persoalan yang terjadi antar
satuan yang sejatinya mereka adalah rekan satu peserta dalam event perlombaan,
terkadang mereka tidak mengindahkan tatakrama dalam pergaulan. Dan, lirik juga
pada beberapa kasus yang terjadi di ajang perlombaan yang katanya tidak
mengindahkan dan menjunjung tinggi “Kebenaran dan Sportifitas” yang dengannya
melahirkan perang dingin antar satuan, yang dengannya lahir sebuah fitnah yang
belum tentu tentang kebenarannya serta beberapa efek yang dirasa negarif
lainnya, bukan kah hal itu adalah sebuah
pemandangan yang sama sekali tidak mencerminkan bangsa kita yang sebenarnya ?
dan dimanakah jiwa seorang PASKIBRA/KA yang sesungguhnya ? masih kah ada dihati
para generasi terbaik bangsa ini ? sekarang juga HENTIKAN PERLOMBAAN yang ada
jika kehadirannya hanya sebagai media penghancur generasi terbaik bangsa ini !!,
mungkin itulah kalimat yang ingin disampaikan oleh mereka yang dihatinya
terdapat bibit kepedulian terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa ini.
Semuanya adalah sebuah kekhawatiran
saja, sangat sulit dibayangkan jika semua yang dikhawatirkan benar-benar
terjadi. Ayolah, bangun bangsa ini dengan sebenar-benarnya niat dan usaha, dan
didik adik kita dengan sebuah ketulusan yang murni. Tidak salah jika perlombaan
tetap dilaksanakan dan diikuti, karena didalamnya terdapat juga sebuah hal yang
posotif didapat. Namun, keikutsertaan itu akan menjadi hal yang salah ketika
tidak melakukan aktifitas sebagai anggota PASKIBRA yang sebenarnya.
Terakhir, apakah akan ada kebersamaan
dan kesamaan berfikir tentang masa depan ? dan apakah akan ada kebahagiaan dan kejayaan jika LOMBA
BENAR-BENAR TIDAK ADA ?!
0 komentar:
Posting Komentar