Pernah berkata
seorang pelatih “Sebaik-baiknya pelatih
tidak akan pernah mampu membawa jaya pasukan yang dilatih apabila pasukan yang
dilatih tidak memiliki sesuatu yang dimiliki oleh pelatihnya dan atau
sebaliknya”, artinya hubungan batin atau kesamaan persepsi antara pelatih
dengan anak didik haruslah sama, agar ketika pelaksanaan kepelatihan mampu
menghadirkan hubungan yang baik antara pelatih dengan yang dilatih. Dan
dengannya tidak menutup kemungkinan akan meraih sesuatu yang diharapkan
bersama. Namun nyatanya, terkadang yang terjadi dilapangan selalu terjadi
kesalahpahaman antara pelatih dan anak didik, maksud pelatih adalah mendidik
namun dipandangan anak didik pelatih melakukan hal yang tidak wajar sebagai
pelatih. Itu mungkin saja terjadi jika tidak lahir sebuah persepsi yang sama
antara pelatih dan anak didik.
Untuk membangun
persepsi yang sama antara pelatih dan anak didik, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk menjadi pelatih yang baik, beberapa diantaranya adalah
menjadi orang yang diterima, dicintai dan dipercaya. Diterima, maksudnya adalah kita harus menjadi orang yang dengan
kehadiran kita mampu membuat orang disekitar seperti mendapatkan sebuah angin
yang segar, mampu membuat suasana yang tidak kondusif menjadi suasana nyaman
dan menyejukkan. Jangan sampai kehadiran kita malah membuat suasana semakin
larut pada sesuatu yang disebut dengan kegalauan (:p), awalnya anak didik
diselimuti dengan senyum manis dan canda tawa lengkap dengan cerita konyol yang
mereka ceritakan, lalu datanglah kita, pelatih yang menganggap diri kita adalah
seorang pahlawan, lalu apa yang terjadi ? suasana pun menjadi berubah mood,
senyum menjadi tekukan kening, tawa menjadi keringat dingin yang menetes diantara
pipi yang berlesung serta gerak tubuh memperlihatkan ketidaknyamanan. Haduh..
sungguh malang jika kita menjadi pelatih yang ditolak kehadirannya, jangankan
untuk bisa melatih agar menjadi lebih baik, suasana baik pun malah dibuat tidak
baik. Maka jadilah pelatih yang diterima oleh anak didik, yang kehadiran kita
dirindukan dan dinantikan, yang jika kita tidak hadir dalam latihan, kita
adalah orang yang paling dicari oleh anak didik. Indah bukan ? :D
Jika kita sudah
mampu menjadi orang yang diterima oleh anak didik, maka langkah selanjutnya
adalah kita harus menjadi orang yang dicintai. Dicintai karena kepintarannya,
ketegasannya, kewibawaannya, karismatiknya dan kegantengan serta kageulisannya
(Ekhem..) yang mampu memberikan solusi cerdas saat semua dirundung oleh masalah,
menjadi sahabat dengar yang baik ketika anak didik sedang berkeluh kesah karena
proses latihan yang dirasa melalahkan, kondisi keluarga yang tidak karuan,
pelajaran yang selalu mendapatkan nilai bawah KKM sampai pada hal yang dianggap
sebuah privasi yaitu tentang kehidupan asmaranya, dan kita juga harus mampu
menjadi sahabat yang cerdas dengan segudang solusi yang tepat diberikan pada
masalah tertentu yang dihadapi oleh anak didik. Indikator keberhasilan ketika
kita sudah menjadi orang yang dicintai adalah anak didik sudah berani terbuka
dengan semua masalah yang dialaminya seperti yang telah disampaikan diatas. Katanya, jika kita sudah menjadi orang yang
dicintai maka kita akan dibela dan diperjuangkan, setiap permintaan dan atau
intruksi kita akan didengar dan segera dilaksanakan tanpa penuh tanya dan
“kukulutus (menggerutu)”. Pernah mendengar cerita yang sedikit lebay
tentang orang yang pacaran kan ? orang yang pacaran dibangun atas dasar rasa
cinta, yang dengan rasa cinta itu sang kekasih rela berkorban waktu, tenaga dan
bahkan materi. Rela menunggu sang kekasih dibawa guyuran hujan disertai petir
yang dahsyat, rela melawan badai sandy demi menyelamatkan sang kekasih, demi
memberikan materi yang banyak ketika kekasih butuh sebuah mobil baru, dan
sejuta pengorbanan lainnya yang mencerminkan tentang sebuah kecintaan.
Ceritanya memang lebay, namun jangan dilihat dari ceritanya, tapi lihat dari
sudut pandang lain sebagai cerita yang lebay dan penuh makna (:p).
Nah.. kalo kita
sudah menjadi seorang pelatih yang diterima dengan membawa sebuah angin segar
yang menyejukkan, dicintai dengan segala kekurangan dan sejuta kelebihannya,
maka secara otomatis akan lahir sebuah kepercayaan
yang diberikan oleh peserta didik kepada kita, kalo sudah mendapatkan kepercayaan,
maka dengannya akan mempermudah kita untuk melaksanakan kewajiban kita sebagai
seorang pelatih. Sempurna rasanya jika kita mampu menjadi pelatih yang
diterima, dicintai dan dipercaya oleh peserta didik, hal yang dikhawatirkan
seperti tidak samanya jiwa dan persepsi akan terkikis secara cepat ataupun
perlahan. Namun ingat, tiga hal yang disebutkan tadi tidaklah cukup, jika kita
selaku seorang pelatih tidak memiliki sebuah skill yang mumpuni untuk melatih
anak didik, jangan sampai tiga hal tadi menjadi hilang karena kita tidak mampu
menjadi pelatih yang baik dilapangan ketika baris.
Menjadi pelatih
yang diterima, dicintai dan dipercaya adalah prinsip yang mesti dipegang
teguh dalam rangka membangun kesamaan
jiwa dan persepsi. Itu hanya satu dari beberapa ribuan bahkan jutaan kunci
lainnya tentang bagaimana menjadi seorang pelatih yang baik, artinya setiap
orang pasti mempunyai caranya masing-masing tentang cara melatih anak didik
agar menjadi anak didik yang baik. Bukan berarti penulis telah menjadi pelatih
yang baik, ini hanya cerita tentang perjalanan seorang pelatih yang tidak lebih
hebat dari pelatih lainnya.
Lalu, bagaimana
dengan kunci sukses melatih anda sob ? :D
Bagus sekali pendapatmu, sob (y)
BalasHapus