Dan sampai saat ini
masih ada sisa didalam pikiran ketika ku bersua dan menatap mata mereka. Ini
adalah awal pertemuan ku dengan mereka, yang selanjutnya ku sebut (mereka) dengan nama “Sang Pemegang Panji Kejayaan” sebuah sebutan
yang tidak berlebihan bagi mereka yang telah membawa kami (PASSACIL) berada dan merasakan manisnya berdiri
dipanggung kejayaan, dengannya cukup membawa perubahan yang signifikan dalam banyak bidang, baik bidang
administrasi, organisasi ataupun akademis, walaupun belum sempurna sebagaimana mestinya.
Kami bisa merasakan manisnya ini
selama setidaknya satu tahun kebelakang, Singkat memang, jika
dibandingkan dengan yang lain mungkin kisah kami adalah yang paling sekejap. Disini kami hanyalah anak baru nan ingusan yang baru saja masuk kedalam
kehidupan “Keras” didunia perlombaan, eitss.. dulu kami juga sempat mampu bertengger
dipodium teratas tapi tidak semanis dan sejaya
sekarang, tetap kami haturkan terimakasih kepada para pendahulu kami, yang sempat membawa harum nama kami. Namun ketahuilah, bagi kami ini adalah sebuah penghargaan yang
penebusannya dibayar dengan perjalanan yang terasa menyiksa. Walau semua tahu,
awal kebangkitan kami adalah karena adanya campur tangan dari tangan dingin
orang asing, ya... dia memang asing bagi kami, bagaimana tidak! Dia bukan siapa-siapa dan dia sebelumnya tidak memliki sebuah ikatan khusus dengan kami, tapi
dia mampu membawa kami pada perubahan yang positif, hebat bukan ?. Namun
anggapan ini tidak lama bersemanyam dalam pikiran kami, kami
dan ku anggap dia adalah seorang yang sangat berpengaruh
dan bertanggung jawab atas segala raihan yang kami dapatkan saat ini, dia
adalah sosok inspirasi bagi kami dan anggapan lebih ku tentang dia adalah aku
menganggap dia sebagai guru dilain dunia. Makasih
kang, atas semua yang telah diberikan baik karena keikhlasan maupun
keterpaksaan, namamu tetap kan kami kenang dan terususun rapih bersama dengan
deretan huruf yang berbaris dengan gagahnya. Adalah X-VI (PASKIBRA SMPN 1Cileunyi angkatan 16) yang menjadi pasukan pembuat sejarah baru ketika mereka
melakukan sebuah aksi yang hampir menyerupai “Aksi sapu bersih” pada sebuah
penghelatan akbar yang diselenggarakan oleh SMAT KRIDA NUSANTARA-Bandung satu
tahun silam, pada saat itu pasukan dikomandoi oleh dik Shopi Naziihah Yahya.
Minggu, 3 April 2011. Ucapan selamat, pujian, sanjungan dan penghargaan
berbentuk materi serta pembicaraan khalayak orang tertuju pada kami. Disatu
sisi kami wajib bersyukur atas segala yang kami raih, bagaimanapun juga ini
adalah awal bangunnya kami dari tidur panjang dan mampu merasakan kembali
berdiri dipodium teratas. Sekali lagi ! ini adalah sejarah tersendiri bagi kami dengan segala “perubahan” yang diberikan oleh
akang - tentu dengan bantuan dari semua pihak yang terlibat-, namun disisi lain kami sedikit
tertegun dengan segudang tanggung jawab dipundak yang mesti kami jaga atas
pemberian ini, pernah ada ungkapan “Kadang mempertahankan lebih sulit daripada
meraih” dan itu kami rasanyakan. Duh, Ada saja orang yang menganggap kami salah
dan kalah ! gunjingan, hinaan dan caci makian sampailah pada telinga kami yang
membuat hati kami terbakar dan nyaris tersungkur karenanya. Ah.. itu hanya pendapat saja, baik buruknya
kami biarkan dinilai oleh semua, namun kami sangat tahu tentang diri kami
sendiri.
Kembali pada kisah dibukit kaki
manglayang. Yang saat itu ku lihat
adalah sebuah pemandangan dari mata sayu dan raga yang tak mampu menyembunyikan
rasa lelah yang mereka rasakan. Ku tahu, mereka telah melakukan sebuah
perjalanan yang panjang dari “Rumah” menuju “Alam” hanya untuk sekedar
mendapatkan sebuah penghargaan dan pengakuan sebagai Calon Anggota PASKIBRA
(CAPAS) dari keluarga besar PASKIBRA SMPN 1 Cileunyi. Mata yang sayu dan raga
yang lelah adalah sebuah lukisan perjalanan yang mereka tempuh demi sebuah
harap, pahit getir pun telah mereka dapati.
Aku mengenal mereka sebagai pasukan yang tidak terlalu besar untuk saat
ini, mereka hanyalah barisan pasukan yang tidak tahu dan mengerti tentang arti
dari sebuah “Tempat Tinggal” yang nanti kan mereka huni, yang mereka tahu
adalah bahwa mereka kini sedang merajut
sebuah kisah sederhana yang kan membuat mereka besar dengan segala kekurangan
dan kelebihannya. Tidak banyak kisah yang ku dapat disana, selain karena ku
adalah orang yang sangat asing, saat itu juga tidak banyak yang ku lakukan untuk mengenal mereka lebih
dekat. Hanya saja yang kini selalu
kuingat adalah tentang cerita sebuah pertemuan yang memanjang , ku harap kita
mampu menjadi sesuatu yang disegani dan diperhitungkan atas segala yang kita miliki. Semoga....
Disana, kau rangkai sebuah
kisah
Dengan
tetesan keringat lelah
Dengan
lukisan tubuh yang tak lagi tangguh
Dengan
langkah kaki yang terlihat payah
Lalu ku pandang,
Corengan hitam pemanis wajah
Binar mata yang tak lagi terang
Keringat
yang tertetes adalah saksi
Cerita
yang terukir adalah janji
Uluran
tangan ku adalah bakti
Untuk
kita tetap berdiri !
0 komentar:
Posting Komentar