Kamis, 23 Agustus 2012

Pertemuan adalah Kisah Memanjang


Dan sampai saat ini masih ada sisa didalam pikiran ketika ku bersua dan menatap mata mereka. Ini adalah awal pertemuan ku dengan mereka, yang selanjutnya ku sebut (mereka)  dengan nama “Sang Pemegang Panji Kejayaan” sebuah sebutan yang tidak berlebihan bagi mereka yang telah membawa kami (PASSACIL)  berada dan merasakan manisnya berdiri dipanggung kejayaan, dengannya cukup membawa perubahan yang signifikan dalam banyak bidang, baik bidang administrasi, organisasi ataupun akademis, walaupun belum sempurna sebagaimana mestinya. Kami bisa merasakan manisnya ini selama setidaknya satu tahun kebelakang, Singkat memang, jika dibandingkan dengan yang lain mungkin kisah kami adalah yang paling sekejap. Disini kami hanyalah anak baru nan ingusan yang baru saja masuk kedalam kehidupan “Keras” didunia perlombaan, eitss.. dulu kami juga sempat mampu bertengger dipodium teratas  tapi tidak semanis dan sejaya sekarang, tetap kami haturkan terimakasih kepada para pendahulu kami, yang sempat membawa harum nama kami. Namun ketahuilah, bagi kami ini adalah sebuah penghargaan yang penebusannya dibayar dengan perjalanan yang terasa menyiksa. Walau semua tahu, awal kebangkitan kami adalah karena adanya campur tangan dari tangan dingin orang asing, ya... dia memang asing bagi kami, bagaimana tidak! Dia bukan siapa-siapa dan dia sebelumnya tidak memliki sebuah ikatan khusus dengan kami, tapi dia mampu membawa kami pada perubahan yang positif, hebat bukan ?. Namun anggapan ini tidak lama bersemanyam dalam pikiran kami,  kami dan ku anggap dia adalah seorang yang sangat berpengaruh dan bertanggung jawab atas segala raihan yang kami dapatkan saat ini, dia adalah sosok inspirasi bagi kami dan anggapan lebih ku tentang dia adalah aku menganggap dia sebagai guru dilain dunia. Makasih kang, atas semua yang telah diberikan baik karena keikhlasan maupun keterpaksaan, namamu tetap kan kami kenang dan terususun rapih bersama dengan deretan huruf yang berbaris dengan gagahnya. Adalah X-VI (PASKIBRA SMPN 1Cileunyi angkatan 16) yang menjadi pasukan pembuat sejarah baru ketika mereka melakukan sebuah aksi yang hampir menyerupai “Aksi sapu bersih” pada sebuah penghelatan akbar yang diselenggarakan oleh SMAT KRIDA NUSANTARA-Bandung satu tahun silam, pada saat itu pasukan dikomandoi oleh dik Shopi Naziihah Yahya. Minggu, 3 April 2011. Ucapan selamat, pujian, sanjungan dan penghargaan berbentuk materi serta pembicaraan khalayak orang tertuju pada kami. Disatu sisi kami wajib bersyukur atas segala yang kami raih, bagaimanapun juga ini adalah awal bangunnya kami dari tidur panjang dan mampu merasakan kembali berdiri dipodium teratas. Sekali lagi ! ini adalah sejarah tersendiri bagi kami dengan segala perubahanyang diberikan oleh akang - tentu dengan bantuan dari semua pihak yang terlibat-, namun disisi lain kami sedikit tertegun dengan segudang tanggung jawab dipundak yang mesti kami jaga atas pemberian ini, pernah ada ungkapan “Kadang mempertahankan lebih sulit daripada meraih” dan itu kami rasanyakan. Duh, Ada saja orang yang menganggap kami salah dan kalah ! gunjingan, hinaan dan caci makian sampailah pada telinga kami yang membuat hati kami terbakar dan nyaris tersungkur karenanya. Ah.. itu hanya pendapat saja, baik buruknya kami biarkan dinilai oleh semua, namun kami sangat tahu tentang diri kami sendiri.  
                Kembali pada kisah dibukit kaki manglayang.  Yang saat itu ku lihat adalah sebuah pemandangan dari mata sayu dan raga yang tak mampu menyembunyikan rasa lelah yang mereka rasakan. Ku tahu, mereka telah melakukan sebuah perjalanan yang panjang dari “Rumah” menuju “Alam” hanya untuk sekedar mendapatkan sebuah penghargaan dan pengakuan sebagai Calon Anggota PASKIBRA (CAPAS) dari keluarga besar PASKIBRA SMPN 1 Cileunyi. Mata yang sayu dan raga yang lelah adalah sebuah lukisan perjalanan yang mereka tempuh demi sebuah harap, pahit getir pun telah mereka dapati.  Aku mengenal mereka sebagai pasukan yang tidak terlalu besar untuk saat ini, mereka hanyalah barisan pasukan yang tidak tahu dan mengerti tentang arti dari sebuah “Tempat Tinggal” yang nanti kan mereka huni, yang mereka tahu adalah bahwa mereka kini sedang merajut sebuah kisah sederhana yang kan membuat mereka besar dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Tidak banyak kisah yang ku dapat disana, selain karena ku adalah orang yang sangat asing, saat itu juga tidak banyak yang ku lakukan untuk mengenal mereka lebih dekat. Hanya saja yang kini selalu kuingat adalah tentang cerita sebuah pertemuan yang memanjang , ku harap kita mampu menjadi sesuatu yang disegani dan diperhitungkan  atas segala yang kita miliki.  Semoga....
               

Disana, kau rangkai sebuah kisah
                Dengan tetesan keringat lelah
                Dengan lukisan tubuh yang tak lagi tangguh
                Dengan langkah kaki yang terlihat payah
Lalu ku pandang,
Corengan hitam pemanis wajah
Binar mata yang tak lagi terang
                Keringat yang tertetes adalah saksi
                Cerita yang terukir adalah janji
                Uluran tangan ku adalah bakti
                Untuk kita tetap berdiri !

0 komentar:

Posting Komentar